BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional serta individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Friedman: 1998). Keluarga sebagai pranata
social terkecil dalam masyarakat dan Negara selalu mencuri perhatian baik
kalangan pimpinan atau tokoh informasi maupun pemerintah. Banyak kejadian
merisaukan sekarang ini, seperti kenakalan remaja, kasus gizi kurang, selalu
dikaitkan dengan makin kurang berfungsinya pranata keluarga, antara lain dalam
memfasilitsi tumbuh kembang anak dan menanamkan nilai-nilai luhur seperti
saling menghormati, cinta kasih, toleransi, dan empati.
Pada anak
usia prasekolah, anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan. Tidak hanya
kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak usia prasekolah
ini sedang dalamproses awal pencarian jati dirinya. Beberapa prilaku yang tidak
ada, sekarang muncul. Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia yag rentan
berbagai penyakitbdan menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak jika kondisi kesehatan anak tidak ditangani secara baik oleh
praktisi kesehatan dan juga usaha-usaha pencegahan adalah yang tetap paling
baik dilakukan.
Keperawatan
keluarga berkaitan erat dengan upaya keluarga mempunyai kemampuan dalam
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Perawat dapat menbantu
keluarga dalam memecahkan masalah kesehatannya sehingga mencapai keadaan
keluarga yang optimal.
Suatu
peran penting keluarga terkait dengan perawatan anak adalah peran pengasuhan
(parenting role), yang sama dalam menjalankan peran ini keluarga sangat
dipengaruhi oleh faktor usia orang tua, keterlibatan ayah atau suami dala
pengasuhan anak, latar belakang pendidikan orang tua, pengalaman sebelumnya
dalam mengasuh anak, stress yang dialami orang tua, dan hubungan suami istri.
Berkaitan dengan perawatan anak di rumah sakit, keluarga punya tugas adaptif,
yaitu meneriama kondisi anak, mengelola kondisi anak, memnuhi kebutuhan
perkembangan anak, memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga, menghadapi
stressor dengan positif, membatu keluarga untuk mengelola perasaanyang
ada,mendidik anggota keluarga yang lain tentang kondisi anak yang sedang sakit,
dan mengembangkan sisitem dukungan social keluarga dengan anak prasekolah.
B.
TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum :
· Mahasiswa mampu menerapkan konsep
asuhan keperawatan keluarga dengan anak prasekolah.
2. Tujuan Instruksional Khusus :
· Mahasiswa mampu menjelaskan definisi
keluarga.
· Mahasiswa mampu menjelaskan tahap
tumbuh kembang anak usia prasekolah.
· Mahasiswa mampu menjelaskan tugas
perkembangan keluarga dengan anak prasekolah.
· Mahasiswa mampu menjelaskan
masalah-masalah pada anka usia prasekolah.
· Mahasiswa mampu menjelaskan bimbingan
selam fase prasekolah.
· Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan
keperawatan keluarga dengan anak prasekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi keluarga
1.
Friedman
(1998)
Keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional serta
individual memepunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
2.
Sayekti
(1994)
Keluarga adalah suatu ikatan atau
persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan
jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang
sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan
tinggal dalamsebuah rumah tangga.
3.
Kamus
webster (1993)
- A
social unit consisting of parent and the children they rear.
- A
group of people related by ancestry of marriage.
- Sumardjan
(1993)
4.
Peraturan
Pemerintah no.21 tahun 1994 tentang penyelenggaraan pembangunan keluarga
sejahtera
Keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, suami
dan anaknya, atau istri dengan anaknya.
5.
Burgess
dan Locke (1992)
Keluarga adalah unit sosial terkecil
dari individu-individu yang diikat oleh perkawinan (suami-istri), darah atau
adopsi (orang tua-anak), dan dalam kasus keluarga luas terlihat adanya nenek
atau kakek dengan cucu.
B.
Tahap
tumbuh kembang anak usia prasekolah
Definisi tumbuh kembang pada anak
1.
Pertumbuhan
(Growth)
Berkembangan dengan perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa
diukur dengan ukuran berat (kg/gr) atau ukuran panjang
(meter/centimeter)(Soetjiningsih : 1998).
Perubahan ukuran atau nilai-nilai
yang memberikan ukuran tertentu dalam kedewasaan. Menurut Whaley dan Wong,
pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah atau ukuran sel tubuh yang
ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh
(Supartini, Yupi : 2004).
2.
Perkembangan
(Development)
Menurut Whaley dan Wong, perkembangan
manitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang
paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses
maturasi dan pembelajaran ( Supartini, Yupi: 2004).
Perkembangan adalah pertambahan
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih komleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih :
1998).
Mencakup aspek-aspek lain dari
deferensiasi bentuk termasuk perubahan emosi atau sosial yang sangat ditentukan
oleh interaksi dengan lingkungan
Pertumbuhan
dan perkembangan anak prasekolah
1.
Pertumbuhan
Beberapa aspek pertumbuhan fisik
terus menjadi stabil dalam tahun prasekolah. Waktu rata-rata denyut jantung dan
pernapasan menurun hanya sedikit mendekati 90x/menit dan pernapasan
22-24x/menit. TD meningkat sedikit ke nilai rata-rata 95/58mmH. Berat badan
anak meningkat kira-kira 2,5 kg per tahun, berat rata-rata pada usia 5 tahun
adalah kira-kira 21 kg, hampir 6 kali berat badan lahir. Prasekolah bertumbuh
2-3 inci per tahun, panjang mereka menjadi dua kali lipat panjang lahir pada
usia 4 tahun,dan berada pada tinggi rata-rata 43 inci pada ulang tahun kelima
mereka. Perpanjangan tungkai kaki menghasilkan penampilan yang lebih kurus.
Kepala sudah mencapai 90% dari ukuran orang dewasa pada ulang tahun ke enam.
Perbedaan kecil terjadi antara jenis kelamin, walaupun anak laki-laki sedikit
lebih besar dengan lebih banyak otot dan kurang jaringan lemak. Kekurangan
nutrisi umunya terjadi pada anak-anak berusia dibawah 6 tahun adalah kekurangan
vitamin A dan C serta zat besi. Konsumsi karbohidrat dan lemak dalam jumlah
yang sangat besar dari makanan yang berlemak bisa menimbulkan kegemukan dan
menjadikan anak prasekolah dalm kondisi sangat lapar. Orang tua dan penberi pelayanan
perlu membuat asaha secara sadar untuk membantu anak prasekolah mengembangkan
kebiasaan makan yang sehat dan mencegah defisiensi dan kelebihan.
2.
Perkembangan
- Rasa
keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin besar dan
dapat mengembangkan pola sosialisasinya.
- Anak
sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri, seperti mandi, makan,
minum, menggosok gigi, BAK, dan BAB.
- Mulai
memahami waktu.
- Penggunaan
tangan primer terbentuk.
3.
Perkembangan
psikoseksual ( Sigmund Freud )
Fase berkembangan psikoseksual untuk
anak usia sekolah masuk pada fase falik. Selama fase ini, genitalia menjadi
area yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai mengetahui perbedaan
jenis kelamin dengan mengetahui adanya perbedaan jenis kelamin. Negatif :
Memegang genetalia
Positif : Egosentris: sosial
interaksi
Mempertahankan
keinginan
4.
Perkembangan
psikososial ( Eric Ericson )
Fase perkembangan psikososial pada
anak usia prasekolah adalah inisiatf vs rasa bersalah. Perkembangan ini
diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui kemampuan bereksplorasi
terhadap lingkungannya. Anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi
lingkungan. Inisiatif berkembang dengan teman sekelilingnya. Kemampuan anak
berbahasa meningkat. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas. Hasil akhir
yang diperoleh adalah menghasilkan suatu prestasinya.
Perasaan bersalah akan timbul pada
anak jika anak tidak mampu berpretasi. Rasa bersalah dapat menyebabkan anak
kurang bersosialisasi, lebih marah, mengalami regresi, yaitu kembali ke
perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap jempol.
5.
Perkembangan
kognitif ( Jean Piaget )
Fase berkembangan kognitif anak usia
prasekolah adalah fase praoperasional. Karakteristik utama perkembangan
intelektual tahap ini didasari sifat egosentris. Pemikiran di dominasi oleh apa
yang dilihat, dirasakan dan dengan pengalaman lainnya.
Fase ini dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Prokonseptual ( 2- 4 tahun )
Anak mengembangkan kemampuan
berbahasa untuk berkomunikasi dan bermasyarakat. Anak mulai mengembangkan
sebab-akibat, trial dan error dan menginterpretasikan benda/kejadian. Anak
mulai menggunakan sinbulkata-kata, mengingat masa lalu, sekarang dan yang akan
datang.
b) Intuitive thuoght ( 4-7 tahun )
Anak mampu bermasyarakat namun masih
belum mampu berpikir timbal balik. Anak biasanya banyak meniru perilaku
orangdewasa tetapi sudah bisa memberi alasan pada tindakan yang dilakukan.
6.
Perkembangan
Moral ( Kahlberg )
Fase perkembangan moral pada anak
usia prasekolah memasuki fase prekonvensional. Anak belajar baik dan buruk,
benar dan salah melalui budaya sebagai dasra peletakan nilai moral.
Fase ini terdiri dari 3 tahapan yaitu:
a) Didasari adanya rasa egosentris pada
anak, yaitu kebaikan
b) Orientasi hukuman dan ketaatan
Baik dan buruk sebagai konsekuensi dari tindakan. Jika anka
berbuat salah, orang tua memberikan hukuman dan jika anak berbuat benar maka
orang tua memberikan hukuman
7.
Anak
berfokus pad motif yang menyenangkan sebagai suatu kebaikan
Anak menjalankan aturan sebagai
sesuatu yang memuaskan mereka sendiri.
C.
Tugas
perkembangan anak usia prasekolah
1.
Personal
/ sosial
a. Upaya untuk menciptakan diri sendiri
seperti orang tuanya, tetapi mandiri
b. Menggali lingkungan atas hasil
prakarsanya
c. Membanggakan, mempunyai perasaan
yang tidak dapat dirusak
d. Keluarga merupakan kelompok utama
e. Kelompok meningkat kepentingannya
f. Menerima peran sesuai jenis
kelaminnya
g. agrsif
h. Motorik
· Meningkatnya kemampuan bergerak dan
koordinasi jadi lebih mudah
· Mengendarai sepeda dengan dua atau
tiga
· Melempar bola, tetapi silit uintuk
menangkapnya
i. Bahasa dan kognitif
· Egosentrik
· Ketrampilan bahsa makin baik
· Mengajukan banyak pertanyaan;
bagaimana, apa, dan mengapa?
· Pemecahan masalah sedarhana;
menggunakan fantasi untuk memahami, mengatasi masalah.
j. Ketakutan
· Pengrusakan diri
· Dikebiri
· Gelap
· Ketidaktahuan
· Objek bayangan, tak dikenal.
D.
Tugas
perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah
1. Membantu anak untuk bersosialis
2. Beradaptasi dengan anak yang baru
lahir sementara kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus dipenuhi.
3. Mempertahankan hubungan yang sehat
baik di dalam atau luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
4. Pembagian waktu untuk individu,
pasangan dan anak
5. Pembagian tanggung jawab anggota
keluarga
6. Merencanakan kegiatan dan waktu
untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
E.
Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
Pola pertumbuhan dan perkembangan
secara normal antara anak yang satu dengan yang lainnya pada akhirnya tidak
selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor. Menurut
Soetjiningsih (2002), faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang, yaitu:
Faktor dalam (internal):
- Genetika
Perbedaan ras, etnis, atau bangsa
Tinggi badan orang Eropa akan
berbeda dengan orang Indonesiaatau bangsa lainnya, dengan demikian postur tubuh
tiap bangsa berlainan.
Keluarga
Ada keluarga yang cenderung
mempunyai tubuh gemuk atau perawakan pendek
Umur
Masa prenatal, masa bayi, dan masa
remaja merupakan tahap yang mengalami pertumbuhan cepat dibandingkan dengan
masa lainnya.
Jenis kelamin
Wanita akan mengalami pubertas lebih
dahulu dibandingkan laki-laki
Kelainan kromosom
Dapat menyebabkan kegagalan
pertumbuhan, misalnya sindrom down.
2.
Pengaruh
hormone
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak
masa prenatal, yaitu saat janin berumur empat bulan. Pada saat itu terjadi
pertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon
pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Selain
itukelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk
metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak.
Faktor lingkungan
Faktor kelompok yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu pranatal, kelahiran, dan pascanatal.
1)
Faktor
prenatal
- Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama selama trimester akhir kehamilan
- Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan conginetal, misalnya club foot
- Toksin, zat kimia, radiasi
- Kelainan endokrin
- Infeksi TORCH atau penyakit menular sesksual
- Kelainan imunologi
- Psikologis ibu
2)
Faktor
kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum
ekstraksi atau forcep dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga
beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak.
3)
Faktor
pascanatal
Seperti lainnya pada masa prenatal,
faktor yang berpengaruh terhadap TUMBANG anak adalah gizi, penyakit kronis/
kelainan konginetal, lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin,
sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan
F.
Masalah-masalah
pada anak usia prasekolah
1.
Masalah
kesehatan
Masalah kesehatan yang sering muncul
pada anak prasekolah seperti; diare, cacar air, difteri, dan campak.
No
|
Masalah/
Penyakit
|
Manajemen
Teraupetik Dan Komplikasi
|
Pertimbangan
Keperawatan
|
1.
|
Diare
(Gastroenterologi) Agen pembuka: bakteri dan virus.
Sumber: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
Masa inkubasi: BAB > 3 x 24 jam
MK: anak menangis, gelisah, suhu tubuh meninggi, BAB cair
kadang disertai darah dan lendir
|
Komplikasi:
Obat:
|
ó
Memberikan cairan
ó Diatetik (pemberian makanan)
|
2.
|
Varicela
(cacar air)
Agen pembawa: Variacell Zooster
Sumber: sekresi primer saluran pernafasan dan organ terinfeksi,
pada tingkatan lesi kulit yang lebih rendah
Transmisi: terkontaminasi oleh objek penularan.
Masa inkubasi: 2-3 minggu/ 13-17 hari
Masa penularan: biasanya 1 hari setelah erupsi lesi (masa awal) sampai 5
hari setelah banyak muncul vesikel ketika kerak kulit terbentuk.
MK:
Tahap awal: demam ringan, malaise, anoreksia, pertama kali ruam dan
gatal, muncul makula, dengan cepat berkembang menjadi papula dan menjadi vesikel
(dikelilingi oleh dasar eritematosus menjadi gelembung, mudah pecah dan
membentuk kerak). Ketiga tahapan (papula, vesikel, dan kerak kulit) hadir
dalam tingkatan berbeda dalam waktu yang sama.
Distribusi: sentrifetal, menyebar ke wajah dan tubuh, tapi jarang pada
tungkai dan lengan.
Gejala: elevasi suhu dari limfade nopaty, iritasi dari
gatal-gatal.
|
Kekhususan: biasanya tidak ada agen anti
viral (ecyclovir) untuk resiko tinggi anak terinfeksi, Varicella Zooster
imonoglobin (VZIG) setelah pembukaan pada anak yang beresiko tinggi.
Obat: Diphenhidramin,
hydoklorida, atau anti histamin untuk menghilangkan gatal
Perawatan kulit untuk pencegahan infeksi bakteri kedua.
Komplikasi:
|
ó
Lakukan isolasi ketat di RS
ó Isolasi anak di rumah sampai vasikel mengering
(biasanya 1 minggu setelah terinfeksi) dan isolasi anak yang beresiko tinggi
infeksi
ó Beri perawatan kulit: mandi dan berganti pakaian
setisp hari, oleskan lation .
ó Mengurangi gatal-gatal
ó Hindari mengupas kulit kerak yang menggosok dan
membuat iritasi.
|
3
|
Difhteria
Manifestasi klinis:
Bervariasi menurut lokasi anatomi Pseudomembran
Nasal :
Menyerupai flu, nasal mengeluarkan serosan guineous mukous
purulent tanpa gejala-gejala pokok: tampak seperti epitaksis.
Tonsilar pharingeal :
Malaise, anorexia, tenggorokan sakit, sedikit demam, pulse
meningkat dari yang diharapkan selama 24 jam, membran melembut, putih atau
abu-abu; timbulnya limfadenitis jika penyakitnya parah timbul toximea, septik
syok, dan meninggal dalam 6-10 hari.
Lharyngeal :
Demam : serak, batuk, tanpa ada tanda awal, potensial
penghambatan jalan udara, gelisah, cyanosis, retraksi dyspniec.
|
Komplikasi :
Miokarditis (minggu ke 2) Neuritis
|
ó
Lakukan isolasi ketat di rumah sakit
ó Berpartisipasi pada test sensitifitas; beri
epineprin jika ada
ó Beri antibiotik, amati sensitifitas terhadap
penisilin
ó Gunakan suction jika perlu
ó Beri perawatan komplit untuk memperoleh bedrest
ó Atur kelembaban untuk pencairan optimum sekresi.
ó Amati respirasi untuk tanda-tanda penghambatan
|
4.
|
Rubeola
(campak)
Agen pembawa :
Virus
Sumber :
Sekresi saluran nafas, darah dan urine dari orang yang
terinfeksi.
Transisi :
Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
Masa inkubasi :
10-20 hari
Periode penularan :
Dari 4-5 hari setelah ruam-ruam muncul tetapi terutama
selama tahapan awal (catharal).
Manifestasi klinis :
Fase prodromal:
Tidak dijumpai pada anak-anak, namun dijumpai pada orang
remaja dan dewasa yang ditandai dengan demam ringan, sakit kepala, malaise,
anorexia, konjungtivitis ringan, coryza, sakit kerongkongan, batuk, dan
limfadenofaty. Paling sedikit 1-5 hari, menghilang 1 hari setelah terjadinya
ruam.
Ruam :
Pertama kali muncul di wajah dan dengan segera menyebar ke
leher, lengan batang tubuh dan kaki. diakhiri dari pertama ditutupi dengan
bercak-bercak kemerahan makulo pupalar, biasanya hilang pada hari ketiga
Tanda dan gejala :
Demam ringan yang muncul kadang-kadang, sakit kepala,
malaise dan limfadenopaty.
|
Tidak
ada perawatan lain yang perlu kecuali antipiretik untuk demam dan analgesik
untuk nyeri.
Komplikasi :
Jarang terjadi (arthritis, enchepalitis, atau purpura);
penyakit-panyakit menular yang sering dijumpai pada masa anak-anak; bahaya
terbesar adalah efek teratogenik pada janin.
|
ó
Yakinkan orangtua bahwa vesikel-vesikel adalah suatu proses panyakit yang
alami pada anak-anak yang terinfeksi.
ó Gunakan sentuhan lembut jika diperlukan.
ó Jauhkan anak dari wanita hamil
|
2.
Hubungan
keluarga
Pada usia prasekolah biasanya anak
merasa cemburu dengan kehadiran anggota keluarga baru (adik). Anak merasa tidak
diperhatikan lagi oleh orang tua sehingga anak sering membuat olah untuk
mendapatkan perhatian orang tua.
3.
Bahaya
fisik
Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan
anak untuk bermain yang menghasilkan ketrampilan tertentu. Meskipun tidak
meninggalkan bekas fisik namunkecelakaan dianggap sebagai kegagalan dan anak
lebih bersikap hati-hati akan berbahaya bagi psikologisnya sehingga anak akan
takut terhadap kegiatan fisik. Jika hal ini terjadi bisa berkembang menjadi
masa malu.
Keracunan
Pada dasarnya usia prasekolah suka
mencoba segala sesuatu yang dia lihat tanpa mengetahui apakah itu berbahaya
atau tidak.
4.
Bahaya
Psikologis
Perasaan bersalah akan timbul pada
anak jika anak tidak mampu berprestasi. Rasa bersalah dapat menyebabkan anak
kurang bersosialisasi, lebih pemarah, mengalami regresi, yaitu kembali ke
perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap jempol.
5.
Gangguan
tidur
Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan
yang terjadi selama tidur REM (rapid eye movement). Seorang anak yang mengalami
mimpi buruk biasanya akan benar-benar terbangun dan dapat mengingat
kembalimimpinya secara terperinci. Mimpi buruk yang terjadi sewaktu-waktu
adalah hal yang normal, dan satu-satunya tindakan yang perlu dilakukan orang
tua adalah menenangkan anak. Tetapi mimpi buruk yang sering terjadi adalah
abnormal dan bisa menunjukkan masalah psikis. Pengalamam yang menakutkan
(termasuk cerita menakutkan atau film tentang kekerasan di televisi) bisa
menyebabkan terjadinya mimpi buruk. Hal ini terutama sering ditemukan pada
anak-anak yang berumur 3-4 th, karena mereka belum bisa membedakan antara
khayalan dan kenyataan. Teror dimalam hari adalah suatu keadaan dimana sesaat
setelah tertidur anak setengah terbangun dengan kecemasan yang luar biasa. Anak
tidak dapat mengingat kembali apa yang atelah dialaminya.
Tidur sambil berjalan adalah suatu
keadaan dimana dalam keadaan tertidur anak bengkit dsari tempat tidurnya dan berjalan-jalan.
Teror dimalam hari dan tidur sambil berjalan biasanya berlangsung selama tidur
dalam (Non REM) dan terjadi dalam 3 jam pertama setelah anak tertidur. Tiap
episode berlangsung dari beberapa detik sampai beberapa menit. Teror dimalam
hari sifatnya dramatis karena nak menjerit-jerit dan panik, keadaan ini paling
sering ditemukan pada anak yang berumur 3-8 th.
Untuk anak yang susah tidur bisa dilakukan beberapa tindakan
berikut:
1. Ajak anak kembali ketempat tidurnya.
2. Berikan cerita yang pendek.
3. Tawari untuk ditemani oleh boneka
atau selimut kesayangannya.
4. Gunakan lampu redup.
5. Masalah Pelatihan Buang Air (Toileting)
Pelatihan buang air besar biasanya
mulai dilakukan pada saat anak berumur 2-3 tahun, sedangkan pelatihan buang air
kecil dilakukan pada umur 3-4 tahun. Pada umur 5 tahun, kebanyakan anak sudah
dapat melakukan buang air sendiri; melepas pakaian dalamnya sendiri,
membersihkan dan mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri serta kembali
memakai pakaian dalamnya sendiri. Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 th dan 10%
anak berusia 6 th masih mengompol pada malam hari.
Cara terbaik untuk menghindari
masalah pelatihan buang air (toilet training) adalah denganm mengenali kesiapan
anak. Adapun tanda dari kesiapan anak adalah:
1. Selama beberapa jam pakaian dalamnya
masih kering.
2. Anak menginginkan pakaian dalamnya
diganti jika basah.
3. Anak menunjukkan ketertarikannya
untuk duduk di atas Potty Chair (pispot khusus untuk anak-anak) atau diatas
toilet (jamban, kakus).
4. Anak mampu mengikuti petunjuk atau aturan
lesan yang sederhana.
Kesiapan anak biasanya terjadi pada usia 24-36 bln.
Metode toilet training yang banyak
digunakan adalah metode timing. Anak yang tampaknya sudah siap diperkenalkan
kepada potty chair dan secara bertahap diminta untuk duduk diatasnya sebentar
saja dalam keadaan berpakaian lengkap. Kemudian anak diminta untuk melepaskan
pakaian dalamnya sendiri, lalu duduk di atas potty chair selama tidak lebih
dari 5-10 mnt. Hal itu dilakukan sambil ibu memberikan penjelasan bahwa
swkarang sudah saatnya anak untuk melakukan BAB/BAK ditempatnya (maksudnya pada
potty chair/kloset) buka di pakaian dalam atau popok. Jika Anak sudah bisa
melakukannya, ibu boleh memberikan pujian ataupu hadiah. Tetapi jika anak belum
bisa melakukannya, ibu sebaiknya tidak memarahi ataupun menghukum anak.
Metode timing efektif untuk anak-anak yang memiliki jadwal BAB/BAK yang
teratur.
Metode toilet training lainnya
menggunakan boneka sebagai alat bantu. Kepada anak yang sudah siap diajarkan
cara-cara toilet training dengan menggunakan boneka sebagai model. Ibu
memberikan pujian kepada boneka karena pakaian dalamnya kering dan telah
berhasil melewati setiap proses toilet training. Kemudian ibu meminta anak
untuk menirukan proses toliet training dengan bonekanya secara berulang-ulang,
anak juga diajari untuk memuji bunekanya. Selanjutnya anak menirukan apa yang
telah dilakukan oleh bonekanya dan ibu memberikan pujian kepada anak. Jika anak
tetap bertahan duduk di toilet sebaiknya diangkat dan toilet training dicoba
kembali setelah anak makan. Tetepi jika hal ini berlangsung selama beberapa
hari sebaiknya tolet traing ditunda selama beberapa minggu.
Sangat penting untuk memberika
pujian kepada anak yang telah berhasil melakukan toilet training. Setelah pola
BAB/BAK stabil secara perlahan pujian mulai dikurangi. Memaksa anak untuk
BAB/BAK di toilet dengan kekerasan tidak efektif dan bisa menyebabkan
ketegangan pada hubungan ibu-anak.
G.
Bimbingan
selama fase prasekolah
1. Usia 3 tahun
a. Persiapkan orang tua untuk
peningkatan ketertarikan anak dalam hubungan yang lebih luas.
b. Anjurkan orang tua untuk
mendaftarkan anak ke play group atau TK.
c. Tekankan tentang pentingnya
pengaturan waktu.
d. Anjurkan orang tua untuk menawarkan
pilihan-pilihan ketika anak sedang ragu/bimbang.
e. Perubahan pada anak usia 3.5 th :
anak akan menjadi kurang koordinasi, gelisah dan menunjukkan perubahan tingkah
laku, seperti bicara gagap.
f. Orang tua harus memberikan
perhatioan yang ekstra sebagai refleksi dari kegelisahan emosi anak dan rasa
takut anak kehilangan kasih sayang orang tua.
g. Ingatkan orang tua tentang
keseimbangan yang telah dicapai pada usia 3 th akan berubah menjadi tingkah
laku yang agresif pada usia 4 th.
h. antisipasi tentang adanya perubahan
nafsu makan, seleksi makanan anak.
i. Tekankan tentang perlunya
perlindungan dan pendidikan untuk mencegah cedera.
j. Usia 4 tahun
· Persiapkan pada tingkah laku anak
yang lebih agresif, termasuk aktifitas motorik dan penggunaan bahasa-bahasa
yang mengejutkan.
· Eksplorasi perasaan oreng tua
berkenaan dengan tingkah laku anak.
· Masukkan anak ke TK
· Persiapkan untuk peningkatan
keingintahuan anak tentang seks
· Tekankan tentang pentingnya
menanamkan disiplin pada anak
· Anjurkan orang tua untuk melatih
anak berenang jika belum dilakukan diusia sebelumnya
k. Usia 5 tahun
· Masa tenang pada anak
· Siapkan anak untuk memasuki
lingkungan sekolah
· Pastikan kelengkapan imunisasi
lingkungan sekolah
H.
Stimulasi
bermain untuk tumbuh kembang anak
1.
Definisi
bermain
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara
sukarelauntuk memperoleh kesenangan/ kepuasan. Bermain merupakan cermin
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial. Bermain merupakan media
yang baik untuk belajar karena bermain, anak akan berkata-kata (berkomunikasi),
belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan mengenalwaktu, jarak, serta suara. (Wong, 2000)
2.
Fungsi
permainan pada anak
Fungsi utama bermain adalah
menstimulasi perkembangan anak, antara lain:
a. Perkembangan sensori-motorik
b. Perkembangan intelektual
c. Perkembangan sosial
d. Perkembangan kreativitas
e. Perkembangan kreasi diri
f. Perkembangan moral
g. Bermain sebagai terapi
h. Tujuan bermain
Melalui
fungsi yang terurai diatas pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai
berikut:
a) Untuk melanjutkan tumbang yang
normal pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam tumbang.
b) Mengekspresikan perasaan, keinginan
dan fantasi serta idenya.
c) Mengembangkan kreatrifitas dan
kemampuan menyelesaikan masalah. Permainan akan menstimulasi daya pikir,
imajinasi, dan fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam
pikirannya pada saat melakukan permainan anak akan dihadapkan pada masalah
dalam konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin tertantang untuk
dapat menyelesaikannya dengan baik.
d) Dapat beradaptasi secara efektif
terhadap stress karena sakit dan dirawat di RS. Stress yang dialami anak di RS
tidak dapat dihindarkan sebagai mana juga yang dialami orang tuanya untuk itu
yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat
beradaptasi denga stresor yang dialaminya di RS secara efektif.
3.
Alat
dan jenis permainan yang cocok untuk anak usia prasekolah (>3-6 th)
Sejalan denga tumbangnya anak
prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang
daripada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif.
Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan temannya
semakin meningkat.
Oleh karena itu jenis permainan yang
sesuai adalah asosiatif play, dramatik play dan skill play. Anak melakukan
permainan bersama-sama dengan temannya denga komunikasi yang sesuai dengan
kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang tertentu yang
diidentifikasikannya seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya. Permainan
yang menggunakan kemampuan motorik (skill play) banyak dipilih anak prasekolah.
Untuk itu jenis alat pewrmainan yang diberikan pada anak, misal: sepeda,
mobil-mobilan, alat olah raga, berenang dan permainan balok-balok besar, dll.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga
1.
Identitas
a. Nama pasien
Dimaksudkan agar dapat mengenali
klien sehingga mengurangi kekeliruan dengan pasien lain.
b. Umur
Mengetahui umur pasien sehingga
dapat mengklarifikasi adanya faktor resiko pada epilepsi karena faktor umur
dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penatalaksanaan untuk epilepsi.
c. Agama dan suku bangsa
Mengetahui kepercayaan dan adat
istiadat pasien dan keluarga sehingga dapat mempermudah dalam melaksanakan tindakan
sesuai dengan agama dan kepercayaan dari pasien dan keluarganya.
d. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
dan pemahaman dari anggota keluarga terutama orang tua dalam memberi informasi
perencanaan pulang bagi anak sekolah dengan masalah kesehatan epilepsi.
e. Komposisi keluarga
Dimaksudkan untuk mengetahui
silsilah dari beberapa generasi, apakah terdapat anggota keluarga yang terkena
penyakit yang serupa/penyakit turunan.
f. Tipe keluarga
Pengkajian tipe keluarga dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa besar perhatian dan peraswatan yang diberikan pada
anggota atau anak yang mengalami sakit.
g. Pekerjaan
Mengetahui tingkat ekonomi keluarga
pasien. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui kesanggupan keluarga untuk
memodifikasi proses penyembuhan penyakit pada anak dan pemanfaatan sarana
kesehatan bagi anak yang sakit.
h. Alamat
Untuk megetahui pasien tinggal
dimana dan untuk menghindari kekeliruan bila ada dua orang pasien dengan nama
yang sama serta untuk keperluan kunjungan rumah bila diperlukan.
i. Aktivitas rekreasi keluarga
Untuk mengetahui seberapa jauh
keluarga memenfaatkan aktifitas rekreasi keluarga yang digunakan untuk
menghilangkan kepenatan dalam kehidupan sehari-harinya.
2.
Riwayat
dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat
ini.
b. Tahap perkembangan keluarga yang
belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti.
d. Riwayat keluarga sebelumnya.
3.
Lingkungan
a. Karakteristik rumah.
b. Karakteristik lingkungan.
c. Mobilitas keluarga.
d. Hubungan keluarga dengan lingkungan.
e. Sistem sosisl yang mendukung.
4.
Struktur
keluarga
a. Pola komunikasi.
b. Pengambilan keputusan.
c. Peran anggota keluarga.
d. Nilai-nilai yang berlaku di
keluarga.
e. Pengkajian yang berhubungan dengan
anak usia sekolah
· Identitas anak.
· Riwayat kehamilan sampai kelahiran.
· Riwayat kesehatan bayi sampai saat
ini.
· Kebiasaan saat ini (pola perilaku
dan kegiatan sehari-hari).
· Tumbang saat ini (termasuk kemampuan
yang dicapai).
· Pemeriksaan fisik.
Pengkajian
data fokus meliputi:
- Bagaimana
karakteristik teman bermain.
- Bagaimana
lingkungan bermain.
- Berapa
lama anak menghabiskan waktunya di sekolah.
- Bagaimana
stimulasi terhadap tumbang anak dan adakah sarana yang dimiliki.
- Bagaimana
temperamen anak saat ini.
- Bagaimana
pola anak jika menginginkan suatu barang.
- Bagaimana
pola orang tua menghadapi permintaan anak.
- Bagaimana
prestasi yang dicapai anak saat ini.
- Kegiatan
apa yang diikuti anak selain di sekolah.
- Sudahkah
anak memperoleh imunisasi ulangan selain di sekolah.
- Pernahkah
mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah saat bermain.
- Adakah
penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini.
- Adakah
sumber bacaan lain selain buku sekolah, apa jenisnya.
- Bagaimana
pola anak memanfaatkan waktu luang.
- Bagaimana
pelaksanaan tugas dan fungsi keluarganya.
KASUS
Seorang
ibu membawa anaknya (An. T) yang berusia 5 tahun ke puskesmas dengan
keluhan anak BAB encer dan buang air besar lebih dari 8 kali dalam 10 jam
terakhir dan di sertai gatal gatal anak lemas dan tidak mau makan dari hasil
pemeriksaan di dapat TTV anak tidak normal /kurang dari normal dan pada kulit
anak di temukan bercak putih,jamur pada kulit punggung .dari penuturan
ibu,bahwa anaknya hipeeraktif dalam beraktivitas,dan lingukungan rumah dari ibu
berada dekat dengan sungai yaitu 50 meter sehingga sebagian besar aktifitas
warga di sekitar termasuk ibu penderita d lakukan di sungai tersebut seperti
menycuci,mandi dll.
DATA
FOKUS
|
MASALAH
|
ETIOLOGI
|
DO:
BAB encer
Buang air besar lebih dari 8 kali
DS: anak pucat
TTV kurang dari normal
|
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
|
diare
|
DO:
anak sering gatal gatal
DS; jamur d kulit
|
Gangguan
integritas kulit
|
Gangguan
konsep diri/citra tubuh
|
DIAGNOSA
- Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit pada An. T b/d ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah diare
- Gangguan
tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
mengenal dampak hospitalisasi
SKORING DIAG NOSA
NO
|
KRETRIA
|
NILAI
|
BOBOT
|
1
|
Sifat
msalah:
Sakala: tidak /kurang sehat
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera
|
3
2
1
|
1
|
2
|
Kemungkinan
masalah dapat di ubah:
Skala: mudah
Sebagian
Tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
3
4 |
Kemungkinan
masalah dapat di cegah:
Skala: tnggi
Cukup
Rendah
Menonjolnya msalah:
Skala: Masalah berat harus segera di tangani
Ada msalah tapi tidak perlu di tangani.
Msalah tidak di rasakan
|
3
2
1
2
1
0
|
1
1
|
Diagnosa I
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak b/d ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah diare.
- Sifat
masalah : 2/3×1=2/3
- Kemungkinan
msalah dapat di ubah: 2/2×2=2
- Potensi
msalah dapat di cegah : 3/3×1=1
- Menonjolnya
msalah : 2/2×1=1
TOTAL=
1+2+2/3+1=11/3=4.7
Diagnosa II
Gangguan
tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal
dampak hospitalisasi
- Sifat
masalah : 3/3×1=1
- Kemungkinan
msalah dapat di ubah: 1/2×2=1
- Potensi
msalah dapat di cegah : 2/3×1=2/3
- Menonjolnya
msalah : 2/2×1=1
TOTAL=
1+1+2/3+1=11/3=3,7
INTERVENSI
Diagnosa
|
Intervensi
|
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak b/d ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah diare.
|
|
Gangguan
tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
mengenal dampak hospitalisasi
|
|
EVALUASI
Intervensi
|
Evaluasi
|
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih
(1994), Tumbuh Kembang Anak, Bagian Kesehatan Anak FK Udayana, Jakarta.
EGC,
Soetjiningsih.
(1995). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.
Supartini,
Y. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
0 Response to "ANAK PRASEKOLAH DENGAN GANGGUAN TUMBUH KEMBANG"
Posting Komentar