GIZI DAN STATUS GIZI
A.
Gizi
dan Status Gizi
1.
Definisi
Gizi dan Status Gizi
Gizi
adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi
(Supariasa dkk, 2002).
Status
gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik-buruknya
penyediaan makanan sehari-hari (Irianto, 2007).
2.
Macam-macam
Status Gizi
a.
Status
Gizi Normal
Keadaan
tubuh yang mencerminkan keseimbangan antara konsumsi dan penggunaan gizi oleh
tubuh.
b.
Malnutrisi
Malnutrisi
adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi
dapat juga disebut keadaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan diantara
pengambilan makanan dengan keperluan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini
bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan
yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat
terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik (Oxford Medical
Dictionary, 2007).
Menurut
Supariasa dkk (2002), malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan
atau kelebihan secar relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat
bentuk malnutrisi:
1) Under
Nutristion: Kekurangan konsumsi pangan relatif atau absolut
untuk periode tertentu.
2) Specific
Deficiency: Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan
vitamin A, yodium, Fe, dan lain-lain.
3) Over
Nutrition: Kelebihan konsumsi pangan pada periode tertentu.
4) Imbalance:
Karena diproporsi zat gizi, misalnya: koleterol terjadi karena tidak
seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density
Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).
c.
Kurang
Energi Protein (KEP)
Kurang energi Protein adalah seseorang
yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein
dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut KEP
apabila berat badannya kurang dari 80% ideks berat badan menurut umur (BB/U)
baku WHO-NCHS. KEP merupakan defisiensi gizi (energi dan protein) yang paling
berat dan meluas terutama pada balita (Supariasa dkk, 2002).
3. Penilaian Status Gizi
Menurut Irianto
(2007), Penilaian status gizi dapat dilaksanakan secara langsung dan tidak
langsung.
a.
Penilaian
Langsung
1)
Anthropometri
Pemeriksaan
anthropometri dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan, berat badan, lingkar
lengan atas, tebal lemak tubuh (triceps, biceps, subscapula dan suprailliaca).
Pengukuran anthropometri bertujuan mengetahui status gizi berdasarkan satu
ukuran menurut ukuran lainnya, misalnya berat badan dan tinggi badan menurut
umur (BB dan TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan
atas menurut umur (LLA/U), lingkar lengan atas menurut tinggi badan (LLA/TB)
(Irianto, 2007).
2)
Biokimia
Pemeriksaan
laboratorium (biokimia), dilakukan melalui pemeriksaan spesimen jaringan tubuh
(darah, urine, tinja, hati, dan otot) yang diuji secara laboratoris terutama
untuk mengetahui kadar hemoglobin, feritin, glukosa, dan kolesterol.
Pemeriksaan biokimia bertujuan mengetahui kekurangan gizi spesifik (Irianto,
2007)
3)
Klinis
Pemeriksaan
dilakukan pada jaringan epitel (supervisial ephitel tissue) seperti kulit,
mata, rambut, dan mukosa oral. Pemeriksaan klinis bertujuan mengetahui status
kekurangan gizi dengan melihat tanda-tanda khusus (Irianto, 2007).
4)
Biofisik
Pemeriksaan
dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi serta perubahan struktur jaringan.
Pemeriksaan biofisik bertujuan mengetahui situasi tertentu, misalnya pada orang
yang buta senja (Irianto, 2007).
b.
Penilaian
Tidak Langsung
1)
Survei
Konsumsi
Penilaian
konsumsi makanan dilakukan dengan wawancara kebiasaan makan dan perhitungan
konsumsi makanan sehari-hari. Tujuan penilaian ini adalah mengidentifikasi
kekurangan dan kelebihan gizi (Irianto, 2007).
2)
Statitik
Vital
Pemeriksaan
dilakukan dengan menganalisis data kesehatan seperti angka kematian, kesakitan
dan kematian akibat hal-hal yang berhubungan dengan gizi. Pemeriksaan ini
bertujuan menemukan indikator tidak langsung status gizi masyarakat (Irianto,
2007).
3)
Faktor
Ekologi
Pengukuran
status gizi didasarkan atas keediaan makanan yang dipengaruhi oleh faktor
ekologi (iklim, tanah, irigasi, dll). Faktor-faktor ekologi tersebut perlu
diketahui untuk mengetahui penyebab malnutrisi manusia (Irianto, 2007).
4.
Pengukuran
Antropometri
Menurut
Supariasa (2002), dalam penilaian status gizi diperlukan berbagai jenis
parameter. parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain
umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar
dada, lingkar pinggul dan tebal lemak dibawah kulit.
a.
Umur
Faktor
umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan
menyebabkan interpretasi status gizi salah.
b.
Berat
Badan
Berat badan
menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Pada
remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun.
c.
Tinggi
badan
Merupakan
parameter yang penting, jika umur tidak diketahui. Dengan menghubungkan berat
badan terhadap tinggi badan.
d.
Lingkar
Lengan Atas
Dilakukan
karena mudah, dan tidak memerlukan paralatan yang sulit diperoleh
e.
Lingkar
Kepala
Adalah standar
prosedur ilmu kedokteran anak, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi
dari besarnya kepala.
f.
Jaringan
Lunak
Pengukuran
ketebalan lipatan lemak sub-kutan atau lipatan kulit dapat menilai jumlah lemak
dalam tubuh individu. Tempat lipatan kulit yang menggambarkan lemak tubuh
adalah di trisep dan bisep, dibawah scapula, diatas krista iliaka dan paha atas.
g.
Lingkar
Dada
Biasanya
dilakukan pada anak usia 2-3 tahun. Sebagai indikator menentukan KEP
(Kekurangan Energi Protein).
Tabel 1
Parameter Survei
Gizi Oleh Who
Usia
|
Pengamatan di Lapangan
|
Pengamatan Lebih Rinci
|
0-1 tahun
|
Berat badan dan panjang badan
|
Panjang batang badan, lingkar kepala
dan dada, diameter krista iliaka, lipat kulit dada, trisep dan subskapula
|
1-5 tahun
|
Berat badan dan panjang badan (sampai
3 tahun), tinggi badan (diatas 3 tahun), lipat kulit bisep dan trisep,
lingkar lengan
|
Panjang batang badan (3 tahun), tinggi
duduk (diatas 3 tahun), lingkr kepala dan dada (inspirasi setengah), diameter
bikristal, lipat kulit dada dan skapula, lingkar betis, rontgen
posteroanterior tangan dan kaki
|
5-20 tahun
|
Berat badan dan tinggi badan, lipat
kulit trisep
|
Tinggi duduk, diameter bikristal,
diameter biakromial, lipat kulit di tempat lain, lingkar lengan dan betis,
rontgen posteroanterior tangan dan kaki
|
>20 tahun
|
Berat badan dan tinggi badan, lipat
kulit trisep
|
Lipat kulit ditempat lain, lingkar
lengan dan betis
|
Sumber
: Supariasa, 2007
5.
Indeks
Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Pada Anak Usia 6-17 Tahun
Menurut Irianto
(2007) Cara ini digunakan untuk mengetahui status gizi anak usia 6-17 tahun,
dibedakan antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Adapun cara penilaiannya
adalah dengan menghitung presentase capaian BB standar berdasarkan tinggi
badan. Selanjutnya konsultasikan dengan tabel berikut:
Tabel 2
Indeks Berat
Badan Menurut Tinggi Badan (Bb/Tb)
Pada Anak Usia
6-17 Tahun
Tinggi Badan
(cm)
|
Berat Badan
|
|||||
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||||
100% (standar)
|
90%
|
80%
|
100% (standar)
|
90%
|
80%
|
|
140
|
31,5
|
28,4
|
25,3
|
32,0
|
28,8
|
25,6
|
141
|
32,1
|
29,0
|
25,7
|
32,7
|
29,5
|
26,2
|
142
|
32,7
|
29,5
|
26,1
|
33,4
|
30,1
|
26,7
|
143
|
33,3
|
30,0
|
26,6
|
34,2
|
30,8
|
27,4
|
144
|
34,0
|
30,2
|
27,0
|
35,0
|
31,5
|
28,0
|
145
|
34,7
|
31,3
|
27,8
|
35,8
|
32,2
|
28,7
|
146
|
35,4
|
31,9
|
28,3
|
36,6
|
32,9
|
29,3
|
147
|
36,1
|
32,5
|
28,8
|
37,4
|
33,2
|
30,0
|
148
|
36,7
|
33,0
|
29,3
|
38,2
|
34,4
|
30,6
|
149
|
37,6
|
33,8
|
30,0
|
39,1
|
35,2
|
31,3
|
150
|
38,4
|
34,6
|
30,7
|
40,0
|
36,0
|
32,0
|
151
|
39,1
|
35,2
|
31,3
|
40,9
|
36,8
|
32,8
|
152
|
39,8
|
35,8
|
31,8
|
41,8
|
37,6
|
33,4
|
153
|
40,6
|
36,5
|
32,5
|
42,8
|
38,5
|
34,2
|
154
|
41,4
|
37,2
|
33,1
|
43,8
|
39,4
|
35,0
|
155
|
42,3
|
38,0
|
33,8
|
44,8
|
40,3
|
35,8
|
156
|
43,1
|
38,8
|
34,5
|
45,8
|
41,8
|
36,6
|
157
|
43,8
|
39,9
|
35,4
|
46,9
|
42,4
|
37,5
|
158
|
45,4
|
40,8
|
36,3
|
48,0
|
43,2
|
38,4
|
159
|
46,2
|
41,5
|
36,9
|
49,1
|
44,2
|
39,3
|
160
|
47,0
|
42,4
|
37,6
|
50,0
|
45,0
|
40,0
|
161
|
47,7
|
42,8
|
38,0
|
-
|
-
|
-
|
162
|
48,4
|
43,4
|
38,5
|
-
|
-
|
-
|
165
|
50,8
|
45,7
|
40,6
|
-
|
-
|
-
|
166
|
51,5
|
46,3
|
41,2
|
-
|
-
|
-
|
Sumber: Winarno
(1990:196)
Tabel 3
Klasifikasi
Status Gizi Masyarakat
Status Gizi
|
Cut of point
|
Gizi Lebih
|
>120%
|
Gizi Baik
|
80% - 120%
|
Gizi Sedang
|
70% - 79,9%
|
Gizi Kurang
|
60% - 69,9%
|
Gizi Buruk
|
<60%
|
Sumber: Depkes
RI 1999:196)
B.
Citra
Tubuh
Citra
tubuh (body image) adalah bagian dari
konsep diri yang mencakup sikap dan pengalaman yang berkaitan dengan tubuh,
termasuk pandangan tentang maskulinitas dan femininitas, kegaahan fisik, daya
tahan dan dan kapasitas. Papilla, Olds, dan Feldman (2007) sendiri berpendapat bahwa
gambaran dan evaluasi mengenai penampilan seseorang. Definisi lain tentang
citra tubuh yang dinyatakan oleh Cash dan Pruzinsky (2002) adalah sikap yang
dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif dan
negatif.
Dapat
disimpukan bahwa citra tubuh merupakan gambaran atau pandangan seseorang
mengenai penampilan dirinya. Gambaran atau pandangan tersebut dapat dilihat
dari bagaimana seseorang mempersepsikan dan memberikan penilaian atas apa yang
dia pikirkan dan rasakan terhadap penampilannya, dan bagaimana penilaian orang
lain terhadap dirinya. Penilaian ini dapat berupa penilaian yang bersifat
positif ataupun negatif mengenai dirinya.
1.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi citra tubuh remaja ( Rumini dan Sundari, 2004)
a. Gender
Remaja awal sering memiliki citra tubuh
yang lebih tinggi atau rendah dari yang semestinya. Remaja putri sering menilai
dirinya lebih tinggi atau over estimate dan remaja pria sering menilai
dirinya lebih rendah atau under estimate.
b.
Lingkungan
Dalam hidup bermasyarakat remaja
dituntut untuk bersosialisasi. Sejak anak-anak memasuki peer group bahkan
sebenarnya sejak usia 4 tahun, anak telah merasakan kebutuhan atau kehausan
sosial. Pada masa menjelang remaja, peer group cenderung terdiri dari
atas satu jenis kelamin yang sama karena fisik mempunyai ciri yang berbeda. Pada
masa remaja awal anak pria maupun perempuan timbul kesadaran terhadap dirinya.
Persepsi terhadap dirinya disebut body image. Istilah sex appropriate
phisique lebih tepat untuk anak pria sedangkan anak perempuan sex
appropriateface dan figure. Dalam peer group diusahakan agar physical
appropriate tidak terlalu berbeda sebab bagi yang sangat berbeda sering
ditolak atau diberi nama panggilan nickname yang bersifat menghina
sehingga yang bersangkutan yakin bagaimana orang yang menganggap orang lain dirinya.
c.
Perubahan fisiologis, seksual dan
sosial.
Perubahan fisik dan seksual atau bio
seksual mempunyai arti penting dalam psikososialnya bila dibanding dengan
perkembangan tingkah laku seksualnya. Keadaan citra tubuh mempengaruhi
kehidupan sosial seperti kurang percaya diri, malu, menarik diri, stres,
frustasi sampai dengan harga diri rendah.
d.
Standar sosial budaya.
Berkaitan dengan kultur sosial budaya
yang berbeda-beda pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan
dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran individu, seperti adanya
perasaan minder.
e.
Pengalaman sukses dan gagal.
Ada kecendurungan bahwa riwayat sukses
akan meningkatkan citra tubuh dan demekian sebaliknya.
f.
Penampilan fisik.
Penampilan fisik menggambarkan citra
tubuh seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.
Keseluruhan tubuh mencakup berat badan, tinggi badan, proporsi tubuh yang
berarti juga status gizi seseorang, penampilan fisik dan bentuk tubuh, yang
mengacu pada objek penelitian ini.
2.
Komponen Citra Tubuh
Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan mengenai komponen citra
tubuh, salah satunya dikemukan oleh Thompson (2001). Komponen citra tubuh ini
dapat dijadikan sebagai alat pengukuran citra tubuh seseorang agar dapat
dilakukan penilaian mengenai dirinya. Komponen citra tubuh tersebut diantaranya
sebagai berikut:
a.
Persepsi, berhubungan dengan ketepatan
individu dalam mempersiapkan dan memendang penampilan dirinya.
b.
Sikap, berhubungan dengan
kepuasan individu terhadap tubuhnya, perhatian terhadap tubuhnya, evaluasi
kognitif dan kecemasan individu terhadap penampilan tubuhnya.
c.
Tingkah laku,
menitikberatkan pada penghindaran terhadap situasi yang menyebabkan individu
mengalami ketidaknyamanan yang berhubungan dengan penampilan secara fisik.
3. Karakteristik citra tubuh negatif
dan positif
a.
Negatif
1)
Citra tubuh negatif
Citra
tubuh negatif adalah gambaran serta anggapan seseorangtentang dirinya sendiri yang bersifat negatif. Citra tubuh
negatif tertanam didalam diri seseorang akibat pengaruh lingkungan, orang lain
atau pengalaman masa lalu yang membekas dalam dirinya. Di daerah lingkungan
hidupnya miskin para orangtua menanamkan fikiran negatif terhadap putra
putrinya. Ketika anak menyampaikan cita-citanya maka orangtua selalu merendahkanya.
Jika ucapan berulang-ulang itu terrekam dalam fikiran bawah sadar si anak secara
mendalam, maka ucapan itu telah membentuk citra tubuh si anak. Apapun usaha
bisnis yang digelutinya akan mengalami kehancuran selama citra tubuh negatif
itu masih tertanam dalam fikiran bawah sadarnya . untuk mencapai sukses harus
merubah citra dirinya. Mengubah citra tubuh yang telah tertanam dalam diri
seseorang membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh (Tadabbur, 2008).
2)
Tanda-tanda orang yang mempunyai citra tubuh
yang negatif
secara
umum:
a)
Merasa rendah diri, menggap diri tidak
berguna dan tidakberarti ditengah
masyarakat. Merasa keberadaannya tidak dibutuhkan oleh masyarakat dan
lingkungan.
b)
Merasa tidak pantas atau tidak berhak
memiliki atau mendapatkan sesuatu.
c)
Merasa terlalu muda atau tua melakukan
sesuatu.
d)
Merasa dibenci atau tidak disukai oleh lingkungan
dansekitarnya.
e)
Merasa tidak mampu dan selalu khawatir
mendapat kegagalan dan cemoohan dari orang sekitarnya.
f)
Merasa kurang pendidikan dibanding orang
lain.
g)
Jarang memiliki dorongan dan semangat
hidup, tidak berani
h)
memulai sesuatu hal yang baru, selalu
khawatir berbuat
i)
salah dan ditertawakan orang
b. Positif
1) Citra tubuh positif
Citra
tubuh positif adalah anggapan atau gambaran seseorang tentang dirinya sendiri
yang bersifat positif. Umumnya sejak anak-anak orangtua mereka telah menanamkan
nilai-nilai positif ke dalam fikiran si anak. Orang yang mempunyai citra tubuh positif
mempunyai semangat hidup dan semangat juang yang tinggi. Ia mempunyai cita-cita
dan gambaran yang jelas tentang masa depanya. Mereka merasakan dirinya penuh
semangat, optimis, dan yakin pada setiap yang dikerjakan. Citra tubuh positif
menjadi blueprint kehidupanya, dunia seolah-olah tunduk padanya, sukses
demi diraih seiring dengan perjalanan waktu (Tadubbar, 2008).
Tanda-tanda
orang yang mempunyai citra tubuh positif antara lain:
a) Mempunyai
gambaran yang jelas tentang masa depanya.
b) Optimis
mengurangi kehidupan.
c) Yakin
dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
d) Penuh
harapan dan yakin dapat meraih kehidupan yang lebih baik.
e) Tidak
ada hal yang tidak mungkin.
f)
Penuh rasa percaya diri.
g) Segera
bangkit dari kegagalan dan tidak larut dalam duka berkepanjangan
4.
Pengukuran
Citra Tubuh
Pengukuran citra tubuh dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti dengan menggunakan kuesioner, komputer, maupun gambar-gambar siluet.
Namun, alat ukur yang biasanya sering digunakan untuk mengukur citra tubuh
seseorang adalah Multidimensional Body Self Relations Questionnaire (MBSRQ) yang dikembangkan oleh Cash (2000, dalam Putri, 2012: 17).
Alat ukur ini dipakai untuk mengukur citra tubuh remaja dan orang dewasa (usia
15 tahun keatas). Alat ini dapat mengukur sikap terhadap citra tubuh secara
menyeluruh yang meliputi komponen kognitif, tingkah laku, dan afeksi. Kuesioner
ini mencakup tiga dimensi dari citra tubuh, dimana diklasifikasikan lagi
menjadi 10 macam, diantaranya sebagai berikut:
a. Evaluasi Penampilan Fisik (EPF)/Appearance Evaluation
Digunakan untuk mengukur kepuasan atau ketidakpuasan individu
terhadap penampilan. Semakin tinggi skor menunjukkan kepuasan terhadap penampilannya,
begitu pula sebaliknya.
b.
Orientasi Penampilan Fisik
(OPF)/Appearance
Orientation
Digunakan untuk mengukur tingkat perhatian individu terhadap
penampilannya. Semakin tinggi skor menunjukkan penampilan individu dianggap
sangat penting oleh dirinya yang ditunjukkan dengan sikap merawat tubuhnya dan
menjaga penampilannya, begitu pula sebaliknya.
c. Evaluasi Kebugaran Fisik (EKF)/Fitness Evaluation
Digunakan untuk mengukur derajat kebugaran yang dirasakan individu
terhadap tubuhnya. Semakin tinggi skor menunjukkan bahwa individu merasa dalam
kondisi bugar dan mempunyai kompetensi fisik, begitu pula sebaliknya.
d. Orientasi Kebugaran Fisik (OKF)/Fitness Orientation
Digunakan untuk mengukur derajat perhatian individu terhadap
kebugaran fisik. Semakin tinggi skor menunjukkan individu menganggap penting
kebugaran sehingga melakukan usaha dan aktif mengikuti kegiatan olahraga,
begitu pula sebaliknya.
e. Evaluasi Kesehatan (EK)/Health Evaluation
Digunakan untuk mengukur penilaian individu mengenai kesehatan tubuhnya.
Semakin tinggi skor menunjukkan tubuh individu dalam kondisi prima dan bebas
dari penyakit, begitu pula sebaliknya.
f. Orientasi Kesehatan (OK)/Health Orientation
Digunakan untuk mengukur derajat pengetahuan dan kesadaran
individu terhadap pentingnya kesehatan fisik. Semakin tinggi skor menunjukkan
individu sangat memperhatikan kesehatannya dan memiliki pengetahuan yang cukup
tentang kesehatan sehingga selalu berusaha untuk mengembangkan gaya hidup
sehat, begitu pula sebaliknya.
g. Orientasi Tentang Penyakit (OTP)/Ilness Orientation
Digunakan untuk mengukur kesadaran individu terhadap penyakit dan
derajat reaksi terhadap masalah penyakit yang dialami oleh individu. Semakin
tinggi skor menunjukkan individu sangat sadar terhadap gejala-gejala penyakit
dan berusaha mencari pengobatan, begitu pula sebaliknya.
h. Kepuasaan Area Tubuh (KAT)/Body-Areas Satisfaction Scale
Digunakan untuk mengukur kepuasan individu terhadap aspek-aspek
tertentu dari penampilannya. Semakin tinggi skor menunjukkan individu merasa
puas dan bahagia dengan sebagian besar area tubuhnya.
i. Pengkategorian Ukuran Tubuh (PUT)/Self-Classified Weight
Digunakan untuk menggambarkan bagaimana individu mempersepsikan dan melihat berat
badannya sendiri. Hasilnya berupa penilaian apakah individu melihat berat
badannya berada dalam rentang antara kekurangan berat badan tingkat berat
hingga kelebihan berat badan tingkat berat.
j. Kecemasan Terhadap Kegemukan (KTK)/Overweight Precupation
Digunakan untuk menggambarkan kecemasan invidu menjadi gemuk,
kewaspadaan terhadap berat badan, kecenderungan untuk melakukan diet penurunan
berat badan dan membentuk pola makan yang dibatasi. Semakin tinggi skor
menunjukkan individu memiliki kecemasan yang tinggi untuk menjadi gemuk, begitu
pula sebaliknya.
Terdapat lima kemungkinan
jawaban dari hampir seluruh subkomplemen yang ada dalam kusioner ini, yaitu
sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Cara
perhitungan untuk masing-masing subkomplemen adalah dengan memasukkan data
mentah ke dalam skala 0 – 4. Pada poin positif, sangat setuju bernilai 4,
setuju bernilai 3, ragu-ragu bernilai 2, tidak setuju bernilai 1, dan sangant
tidak setuju bernilai 0. Begitu pula sebaliknya pada pernyataan yang bersifat
negatif.
C.
Masa
Remaja
1.
Definisi
Remaja
a.
Menurut
Perkembangan Fisik
Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain
yang terkait (seperti biologi dan ilmu faal) rermaja dikenal sebagai suatu
tahap perkembagnan fisik, yaitu masa alat-alat kelamin manusia mencapai
kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan
tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan secara faali
alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Pada akhir
dari peran perkembangan fisik ini akan terjadi seorang pria yang berotot dan
berkumis/berjanggut yang mampu menghasilkan beberapa ratus juta sel mani (spermatozoa) setiap kali ia berejakulasi
(memencarkan air mani), atau seorang wanita yang setiap bulannya mengeluaran
sebuah sel telur dari indung-telurnya.
Sebagai makhluk yang lambat
perkembangannya, masa pematangan fisik ini barjalan lebih kurang dua tahun dan
biasanya dihitung mulai haid pertama pada seorang wanita atau sejak seorang
laki-laki mengalami mimpi basahnya (mengeluarkan air mani pada waktu tidur)
yang peratama. Masa yang dua tahun ini dinamakan pubertas, yang dalam bahasa
latin berarti usia kedewasaan (the age of
manhood) dan berkaitan dengan kata Latin lainnya pubescere yang berarti masa pertumbuhan rambut di daerah tulang pubic (di wialyah kemaluan)
b.
Definisi
Remaja untuk Masyarakat Indonesia
Mendefinisikan remaja untuk masyarakat
Indonesia sama sulitnya dengan menetapkan definisi remaja secara umum.
Masalahnya adalah karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat, dan
tingkatan sosial-ekonomi maupun pendidikan. Dengan kata lain tidak ada profil
remaja Indonesia yang seragam berlaku secara nasional.
Walaupun demikian, sebagai pedoman untuk
kita dapat menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja
Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut.
1) Usia
11 tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai
tampak.
2) Di
banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balig, baik
menurut adat maupun agama sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai
anak-anak (kriteria sosial)
3) Pada
usia tersebut, mulai tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti
trcapainya identitas diri (ego, identity menurut Erik Erikson), tercapainya
fase genital dari perkembangan psikoseksual (menurut Freud) dan tercapainya
puncak perkembangan kognitif (Piaget) maupun moral (Kohlberg) (Kriteria
Psikologis).
4) Batas
usia 24 tahun merupakan bats maksimal, yaitu untuk member peluang bagi mereka
yang sampai batas tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai
hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat/tradisi), belum bias memberikan
pendapat sendiri dan sebagainya.
5) Dalam
definisi diatas ststus perkawinan sangat menentukan. Seorang yang sudah
menikah, pada usia berapapun pada umumnya akan diperlakukan sebagai orang
dewasa penuh, baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga.
Karena itu definisi remaja disini dibatasi khusus untuk yang belum menikah.
Selanjutnya dalam batasan diatas ada
enam penyesuaian diri yang harus dilakukan remaja yaitu:
1) Menerima
dan mengintegrasikan pertumbuhan badannya dalam kepribadiannya.
2) Menentukan
peran dan fungsi seksualnya yang adekuat (memenuhi syarat) dalam kebudayaan di
mana ia berada.
3) Mencapai
kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk menghadapi
kehidupan.
4) Mencapai
posisi yang diterima oleh masyarakat
5) Mengembangkan
hati nurani, tanggung jawab, moralitas, dan nilai-nilai yang sesuai dengan
lingkungan dan kebudayaan.
6) Memecahkan
problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dan dalam kaitannya dalam
kehidupan (Carballo, 1978: 250, dalam Sarwono, 2011: 19
2.
Karakteristik
Remaja
Sedangkan menurut Hurlock terdapat 8
karakteristik atau ciri-ciri pada masa remaja, yaitu:
a. Masa remaja sebagai periode penting
Masa remaja
adalah periode yang penting karena pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang dialami oleh
remaja yang akan berdampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Masa remaja merupakan periode
transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa, dimana status individu
tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peranannya. Pada masa ini remaja
bukan lagi seorang anak dan belum dapat disebut dewasa. Namun, ketidakjelasan akan
statusnya ini menguntungkan remaja itu sendiri karena status memberi waktu
kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku,
nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Perubahan pada masa remaja dalam
sikap dan perilaku sejajar dengan tingkat perubahan fisiknya. Terdapat empat
perubahan pada remaja yang hampir bersifat universal, yaitu meningginya
emosi; perubahan tubuh, minat dan peran; berubahnya minat, pola dan perilaku
yang menyebabkan perubahan nilai; serta sikap ambivalen terhadap setiap
perubahan.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Pada masa remaja, individu sering
menemukan berbagai masalah yang sulit dihadapi. Terdapat dua alasan bagi
kesulitan itu, yakni remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah karena
pada masa anak-anak masalah yang dihadapi seringkali diselesaikan oleh orangtua
atau guru. Selain itu, remaja merasa dirinya mandiri sehingga mereka menolak
bantuan orang lain dalam menyelesaikan masalahnya.
e. Masa remaja sebagai masa indentitas
Pada awal masa
remaja penyesuaian diri dengan kelompok adalah hal yang penting tetapi lambat
laun mereka mulai mendambakan
identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman.
Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya
dan apa perannya dalam
masyarakat. Pengertiannya akan “siapa aku” dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta pengalaman-pengalaman pribadinya dalam menentukan
pola perilakunya sebagai orang dewasa.
f. Masa remaja sebagai usia yg
menimbulkan ketakutan
Masa remaja
terkadang bersikap negatif dan sulit diatur sehingga menimbulkan
kerusakan yang menjadikan orangtua dan orang disekitarnya menjadi takut.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak
realistis
Remaja cenderung memandang kehidupan
dari penilaiannya sendiri, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana
yang diinginkan dan bukan sbgaimana kenyataannya.
h. Masa remaja sebagai ambang masa
dewasa
Setelah masa
akhir remaja seseorang akan memasuki masa dewasa oleh karena itu remaja mulai
memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan pada status dewasa.
3.
Tugas
Perkembangan Remaja
Havigrust
(dalam Muhammad Ali, 2008: 171) mendefinisikan tugas perkembangan sebagai
tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan
individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa
keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi kalau gagal
akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas
berikutnya.
Menurut Hurlock, terdapat 10 tugas
perkembangan remaja, yaitu:
a. Mampu menerima
keadaan fisiknya;
b. Mampu menerima
dan memahami peran seks usia dewasa;
c. Mampu membina
hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
d. Mencapai
kemandirian emosional;
e. Mencapai
kemandirian ekonomi;
f. Mengembangkan
konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan
peran sebagai anggota masyarakat;
g. Memahami dan
menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orangtua
h. Mengembangkan
perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa;
i. Mempersiapkan
diri untuk memasuki perkawinan;
j. Memahami dan
mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
Keberhasilan
remaja dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut akan menimbulkan
fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan berikutnya.
Sebaliknya, ketika terdapat satu atau beberapa tugas perkembangan yang tidak
terselesaikan maka akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
4.
Perubahan
pada remaja (Hurclok, 1999)
a. Perubahan
fisik
Berdasarkan
perubahan fisik terdapat perbedaan pada setiap individu. Perbedaan seks sangat
jelas. Meskipun anak laki-laki memulai pertumbuhan lebih lambat dari pada anak
perempuan, pertumbuhan anak laki-laki berlangsung lebih lama, sehingga pada saat
matang biasanya anak laki-laki lebih tinggi dari anak perempuan. Perbedaan
individual juga dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak yang matangnya terlambat
cenderung memiliki bahu yang yang lebih lebar dari pada anak yang matang lebih
awal. Anak perempuan yang matang lebih awal cenderung lebih berat, lebih tinggi
dan lebih gemuk dibandingkan dengan anak perempuan yang matangnya terlambat.
b. Perubahan
kepribadian
Remaja
memahami apa yang membentuk “kepribadian yang menyenangkan”. Remaja mengetahui
sifat-sifat apa yang dikagumi oleh teman sejenis maupun teman-teman lawan
jenis. Meskipun sifat-sifat yang dikagumi berbeda dari kelompok sosial ke
kelompok sosial yang lain, namun remaja mengerti apa yang dikagumi oleh kelompoknya.
Banyak remaja menggunakan standar kelompok sebagai konsep mereka mengenai
kepribadian “ideal” terhadap mana mereka menilai kepribadian mereka sendiri.
Tidak banyak yang merasa dapat mencapai gambaran yang ideal ini dan mereka yang
tidak berhasil ingin mengubah kepribadian mereka.
c. Perubahan
emosi
Masa
remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana
ketengangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, sebagian remaja mengalami
ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuian
diri pada perilaku baru dan harapan sosial yang baru.
d. Perubahan
sosial
Salah
satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah penyesuian sosial.
Bagian yang terpenting dan tersulit adalah penyesuian diri dengan meningkatnya
pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokkan
sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru
dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.
Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebayanya,
maka dapatlah dimengrti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan,
minat, penampilan dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluaraga.
Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model
pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan
baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi besar.
e. Perubahan
moral
Salah
satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai oleh remaja adalah
mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok kepadanya dan kemudian mau
membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing,
diawasi, didorong dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.
MenurutMitchell terdapat lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan
oleh remaja, yaitu:
1) Pandangan
moral individu makin lama menjadi lebih abstrak dan konkret.
2) Keyakinan
moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah.
3) Penilaian
moral menjadi semakin kognitif.
4) Penilaian
moral menjadi kurang egosentris. Penilaian moral secara psikologis menjadi
lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan
ketegangan psikologis.
D.
Kerangka Teori
Gambar 1
Kerangka Teori
Tanda-tanda
Citra Tubuh pada
remaja:
a. Negatif
1.
Merasa rendah diri
2.
Merasa tidak pantas
3.
Merasa dibenci atau tidak disukai
4.
Merasa tidak mampu
b. Positif
1.
Percaya diri
2.
Penuh harapan
3.
Optimis
4.
Tidak ada hal yang tak mungkin
5.
Yakin dapat mengatasi berbagai masalah
6.
Mempunyai gambaran yang jelas
|
Perubahan
pada remaja:
1.
Fisik
Berat badan
dan tinggi badan.
2.
Kepribadian
3.
Emosi
4.
Sosial
5.
Perubahan moral
|
Status gizi
1.
Gizi baik
2.
Gizi lebih
3.
Gizi sedang
4.
Gizi kurang
5. Gizi
buruk
|
Sumber:
Tarwoto dan Wartonah (2006), Depkes RI (1999), Tadubbar, (2008), dan Hurclok
(1999)
E.
Kerangka konsep
Kerangka konsep merupakan uraian dan
visualisasi hubungan atau keterkaitan antara konsep satu dan konsep yang
lainnya atau antara konsep yang satu dan konsep yang lain dari masalah
penelitian yang ingin diteliti. (Notoatmodjo, 2010: 83).
Tujuannya adalah untuk menggambarkan
secara menyeluruh konsep yang digunakan dalam penelitian sekaligus
menggambarkan hubungan variabel yang ada dalam penelitian tersebut. Pada
penelitian kali ini, kerangka konsep terkait hubungan obesitas dengan gambaran
citra tubuh adalah sebagai berikut:
Gambar 2
Kerangka Kerja Penelitian
Variabel independen Variabel
dependen
Citra tubuh
|
Status Gizi
|
F.
Hipotesa
Hipotesis dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel.
Hipotesis memiliki fungsi untuk menentukan pembuktian atau hipotesis merupakan
pernyataan yang harus dibuktikan (Notoatmodjo, 2010: 84).
Maka hipotesis yang peneliti
ajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha :
Ada hubungan antara status gizi dengan citra tubuh pada remaja SMA N 1 Pringsewu”.
Ho : Tidak ada hubungan antara status gizi
dengan citra tubuh pada remaja SMA N 1
Pringsewu
G.
Variabel penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu status gizi sebagai
variabel independen dan citra tubuh sebagai variabel dependen. Agar variabel
dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat ukur, maka variabel harus
diberi batasan atau definisi operasional.
1. Variabel dependen
Yang
menjadi variabel dependen pada penelitian ini adalah status
gizi
2. Variabel independen
Variabel
independent pada penelitian ini adalah citra tubuh
H.
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010: 85).
Tabel 4 Definisi Operasional
Variabel
|
Definisi
Operasional
|
Cara
ukur
|
Alat
Ukur
|
Hasil
ukur
|
Skala
ukur
|
Status gizi
|
Kriteria yang ditinjau dari keadaan berat badan dan tinggi
badan remaja
|
Responden mengukur tinggi badan dan berat badan
|
Meterline (alat
ukur tinggi badan.
Timbangan badan/timbangan badan
(alat ukur tinggi badan.
|
0=gizi
baik, jika hasil pengukuran 80%-120% BB/TB
1=gizi
lebih, jika hasil pengukuran >120% BB/TB
2=gizi
sedang, jika hasil pengukuran 70%-79.9% BB/TB
3=gizi
kurang, jika hasil pengukuran 60%-69,9% BB/TB
4=gizi
buruk, jika hasil pengukuran <60% BB/TB
|
Ordinal
|
Citra
Tubuh
|
Gambaran atau pandangan remaja mengenai penampilan
dirinya, dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan
terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya
|
Responden mengisi kuesioner terkait citra tubuh
|
Kuesioner
|
0 = positif jika skor ≥mean 108,54183
1 = negatif jika skor <mean 108,54183
|
Ordinal
|
0 Response to "KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN GIZI"
Posting Komentar