KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN GIZI




GIZI DAN STATUS GIZI
A.    Gizi dan Status Gizi
1.       Definisi Gizi dan Status Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa dkk, 2002).
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik-buruknya penyediaan makanan sehari-hari (Irianto, 2007).
2.       Macam-macam Status Gizi
a.    Status Gizi Normal
Keadaan tubuh yang mencerminkan keseimbangan antara konsumsi dan penggunaan gizi oleh tubuh.
b.   Malnutrisi
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan diantara pengambilan makanan dengan keperluan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik (Oxford Medical Dictionary, 2007).
Menurut Supariasa dkk (2002), malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secar relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk malnutrisi:
1)     Under Nutristion: Kekurangan konsumsi pangan relatif atau absolut untuk periode tertentu.
2)     Specific Deficiency: Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dan lain-lain.
3)     Over Nutrition: Kelebihan konsumsi pangan pada periode tertentu.
4)     Imbalance: Karena diproporsi zat gizi, misalnya: koleterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).
c.    Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang energi Protein adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80% ideks berat badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS. KEP merupakan defisiensi gizi (energi dan protein) yang paling berat dan meluas terutama pada balita (Supariasa dkk, 2002).

3.     Penilaian Status Gizi
Menurut Irianto (2007), Penilaian status gizi dapat dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung.
a.     Penilaian Langsung
1)     Anthropometri
Pemeriksaan anthropometri dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, tebal lemak tubuh (triceps, biceps, subscapula dan suprailliaca). Pengukuran anthropometri bertujuan mengetahui status gizi berdasarkan satu ukuran menurut ukuran lainnya, misalnya berat badan dan tinggi badan menurut umur (BB dan TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U), lingkar lengan atas menurut tinggi badan (LLA/TB) (Irianto, 2007).
2)     Biokimia
Pemeriksaan laboratorium (biokimia), dilakukan melalui pemeriksaan spesimen jaringan tubuh (darah, urine, tinja, hati, dan otot) yang diuji secara laboratoris terutama untuk mengetahui kadar hemoglobin, feritin, glukosa, dan kolesterol. Pemeriksaan biokimia bertujuan mengetahui kekurangan gizi spesifik (Irianto, 2007)
3)     Klinis
Pemeriksaan dilakukan pada jaringan epitel (supervisial ephitel tissue) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral. Pemeriksaan klinis bertujuan mengetahui status kekurangan gizi dengan melihat tanda-tanda khusus (Irianto, 2007).
4)     Biofisik
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi serta perubahan struktur jaringan. Pemeriksaan biofisik bertujuan mengetahui situasi tertentu, misalnya pada orang yang buta senja (Irianto, 2007).
b.     Penilaian Tidak Langsung
1)     Survei Konsumsi
Penilaian konsumsi makanan dilakukan dengan wawancara kebiasaan makan dan perhitungan konsumsi makanan sehari-hari. Tujuan penilaian ini adalah mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan gizi (Irianto, 2007).
2)     Statitik Vital
Pemeriksaan dilakukan dengan menganalisis data kesehatan seperti angka kematian, kesakitan dan kematian akibat hal-hal yang berhubungan dengan gizi. Pemeriksaan ini bertujuan menemukan indikator tidak langsung status gizi masyarakat (Irianto, 2007).
3)     Faktor Ekologi
Pengukuran status gizi didasarkan atas keediaan makanan yang dipengaruhi oleh faktor ekologi (iklim, tanah, irigasi, dll). Faktor-faktor ekologi tersebut perlu diketahui untuk mengetahui penyebab malnutrisi manusia (Irianto, 2007).




4.     Pengukuran Antropometri
Menurut Supariasa (2002), dalam penilaian status gizi diperlukan berbagai jenis parameter. parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak dibawah kulit.
a.     Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi salah.
b.     Berat Badan
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun.
c.      Tinggi badan
Merupakan parameter yang penting, jika umur tidak diketahui. Dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan.
d.     Lingkar Lengan Atas
Dilakukan karena mudah, dan tidak memerlukan paralatan yang sulit diperoleh
e.     Lingkar Kepala
Adalah standar prosedur ilmu kedokteran anak, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala.

f.      Jaringan Lunak
Pengukuran ketebalan lipatan lemak sub-kutan atau lipatan kulit dapat menilai jumlah lemak dalam tubuh individu. Tempat lipatan kulit yang menggambarkan lemak tubuh adalah di trisep dan bisep, dibawah scapula, diatas krista iliaka dan paha atas.
g.     Lingkar Dada
Biasanya dilakukan pada anak usia 2-3 tahun. Sebagai indikator menentukan KEP (Kekurangan Energi Protein).
Tabel 1
Parameter Survei Gizi Oleh Who
Usia
Pengamatan di Lapangan
Pengamatan Lebih Rinci
0-1 tahun
Berat badan dan panjang badan
Panjang batang badan, lingkar kepala dan dada, diameter krista iliaka, lipat kulit dada, trisep dan subskapula
1-5 tahun
Berat badan dan panjang badan (sampai 3 tahun), tinggi badan (diatas 3 tahun), lipat kulit bisep dan trisep, lingkar lengan
Panjang batang badan (3 tahun), tinggi duduk (diatas 3 tahun), lingkr kepala dan dada (inspirasi setengah), diameter bikristal, lipat kulit dada dan skapula, lingkar betis, rontgen posteroanterior tangan dan kaki
5-20 tahun
Berat badan dan tinggi badan, lipat kulit trisep
Tinggi duduk, diameter bikristal, diameter biakromial, lipat kulit di tempat lain, lingkar lengan dan betis, rontgen posteroanterior tangan dan kaki
>20 tahun
Berat badan dan tinggi badan, lipat kulit trisep
Lipat kulit ditempat lain, lingkar lengan dan betis
Sumber : Supariasa, 2007


5.     Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Pada Anak Usia 6-17 Tahun
Menurut Irianto (2007) Cara ini digunakan untuk mengetahui status gizi anak usia 6-17 tahun, dibedakan antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Adapun cara penilaiannya adalah dengan menghitung presentase capaian BB standar berdasarkan tinggi badan. Selanjutnya konsultasikan dengan tabel berikut:
Tabel 2
Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan (Bb/Tb)
Pada Anak Usia 6-17 Tahun
Tinggi Badan (cm)
Berat Badan
Laki-laki
Perempuan
100% (standar)
90%
80%
100% (standar)
90%
80%
140
31,5
28,4
25,3
32,0
28,8
25,6
141
32,1
29,0
25,7
32,7
29,5
26,2
142
32,7
29,5
26,1
33,4
30,1
26,7
143
33,3
30,0
26,6
34,2
30,8
27,4
144
34,0
30,2
27,0
35,0
31,5
28,0
145
34,7
31,3
27,8
35,8
32,2
28,7
146
35,4
31,9
28,3
36,6
32,9
29,3
147
36,1
32,5
28,8
37,4
33,2
30,0
148
36,7
33,0
29,3
38,2
34,4
30,6
149
37,6
33,8
30,0
39,1
35,2
31,3
150
38,4
34,6
30,7
40,0
36,0
32,0
151
39,1
35,2
31,3
40,9
36,8
32,8
152
39,8
35,8
31,8
41,8
37,6
33,4
153
40,6
36,5
32,5
42,8
38,5
34,2
154
41,4
37,2
33,1
43,8
39,4
35,0
155
42,3
38,0
33,8
44,8
40,3
35,8
156
43,1
38,8
34,5
45,8
41,8
36,6
157
43,8
39,9
35,4
46,9
42,4
37,5
158
45,4
40,8
36,3
48,0
43,2
38,4
159
46,2
41,5
36,9
49,1
44,2
39,3
160
47,0
42,4
37,6
50,0
45,0
40,0
161
47,7
42,8
38,0
-
-
-
162
48,4
43,4
38,5
-
-
-
165
50,8
45,7
40,6
-
-
-
166
51,5
46,3
41,2
-
-
-
Sumber: Winarno (1990:196)
Tabel 3
Klasifikasi Status Gizi Masyarakat
Status Gizi
Cut of point
Gizi Lebih
>120%
Gizi Baik
80% - 120%
Gizi Sedang
70% - 79,9%
Gizi Kurang
60% - 69,9%
Gizi Buruk
<60%
Sumber: Depkes RI 1999:196)


B.    Citra Tubuh
Citra tubuh (body image) adalah bagian dari konsep diri yang mencakup sikap dan pengalaman yang berkaitan dengan tubuh, termasuk pandangan tentang maskulinitas dan femininitas, kegaahan fisik, daya tahan dan dan kapasitas. Papilla, Olds, dan Feldman (2007) sendiri berpendapat bahwa gambaran dan evaluasi mengenai penampilan seseorang. Definisi lain tentang citra tubuh yang dinyatakan oleh Cash dan Pruzinsky (2002) adalah sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif dan negatif.
Dapat disimpukan bahwa citra tubuh merupakan gambaran atau pandangan seseorang mengenai penampilan dirinya. Gambaran atau pandangan tersebut dapat dilihat dari bagaimana seseorang mempersepsikan dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap penampilannya, dan bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya. Penilaian ini dapat berupa penilaian yang bersifat positif ataupun negatif mengenai dirinya.



1.      Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh remaja ( Rumini dan Sundari, 2004)
a.      Gender
Remaja awal sering memiliki citra tubuh yang lebih tinggi atau rendah dari yang semestinya. Remaja putri sering menilai dirinya lebih tinggi atau over estimate dan remaja pria sering menilai dirinya lebih rendah atau under estimate.
b.        Lingkungan
Dalam hidup bermasyarakat remaja dituntut untuk bersosialisasi. Sejak anak-anak memasuki peer group bahkan sebenarnya sejak usia 4 tahun, anak telah merasakan kebutuhan atau kehausan sosial. Pada masa menjelang remaja, peer group cenderung terdiri dari atas satu jenis kelamin yang sama karena fisik mempunyai ciri yang berbeda. Pada masa remaja awal anak pria maupun perempuan timbul kesadaran terhadap dirinya. Persepsi terhadap dirinya disebut body image. Istilah sex appropriate phisique lebih tepat untuk anak pria sedangkan anak perempuan sex appropriateface dan figure. Dalam peer group diusahakan agar physical appropriate tidak terlalu berbeda sebab bagi yang sangat berbeda sering ditolak atau diberi nama panggilan nickname yang bersifat menghina sehingga yang bersangkutan yakin bagaimana orang yang menganggap orang lain dirinya.
c.        Perubahan fisiologis, seksual dan sosial.
Perubahan fisik dan seksual atau bio seksual mempunyai arti penting dalam psikososialnya bila dibanding dengan perkembangan tingkah laku seksualnya. Keadaan citra tubuh mempengaruhi kehidupan sosial seperti kurang percaya diri, malu, menarik diri, stres, frustasi sampai dengan harga diri rendah.
d.        Standar sosial budaya.
Berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-beda pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran individu, seperti adanya perasaan minder.
e.         Pengalaman sukses dan gagal.
Ada kecendurungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan citra tubuh dan demekian sebaliknya.
f.          Penampilan fisik.
Penampilan fisik menggambarkan citra tubuh seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Keseluruhan tubuh mencakup berat badan, tinggi badan, proporsi tubuh yang berarti juga status gizi seseorang, penampilan fisik dan bentuk tubuh, yang mengacu pada objek penelitian ini.
2.     Komponen Citra Tubuh
Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan mengenai komponen citra tubuh, salah satunya dikemukan oleh Thompson (2001). Komponen citra tubuh ini dapat dijadikan sebagai alat pengukuran citra tubuh seseorang agar dapat dilakukan penilaian mengenai dirinya. Komponen citra tubuh tersebut diantaranya sebagai berikut:
a.        Persepsi, berhubungan dengan ketepatan individu dalam mempersiapkan dan memendang penampilan dirinya.
b.        Sikap, berhubungan dengan kepuasan individu terhadap tubuhnya, perhatian terhadap tubuhnya, evaluasi kognitif dan kecemasan individu terhadap penampilan tubuhnya.
c.        Tingkah laku, menitikberatkan pada penghindaran terhadap situasi yang menyebabkan individu mengalami ketidaknyamanan yang berhubungan dengan penampilan secara fisik.
3.     Karakteristik citra tubuh negatif dan positif
a.       Negatif
1)         Citra tubuh negatif
Citra tubuh negatif adalah gambaran serta anggapan seseorangtentang dirinya  sendiri yang bersifat negatif. Citra tubuh negatif tertanam didalam diri seseorang akibat pengaruh lingkungan, orang lain atau pengalaman masa lalu yang membekas dalam dirinya. Di daerah lingkungan hidupnya miskin para orangtua menanamkan fikiran negatif terhadap putra putrinya. Ketika anak menyampaikan cita-citanya maka orangtua selalu merendahkanya. Jika ucapan berulang-ulang itu terrekam dalam fikiran bawah sadar si anak secara mendalam, maka ucapan itu telah membentuk citra tubuh si anak. Apapun usaha bisnis yang digelutinya akan mengalami kehancuran selama citra tubuh negatif itu masih tertanam dalam fikiran bawah sadarnya . untuk mencapai sukses harus merubah citra dirinya. Mengubah citra tubuh yang telah tertanam dalam diri seseorang membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh (Tadabbur, 2008).


2)      Tanda-tanda orang yang mempunyai citra tubuh yang negatif
secara umum:
a)          Merasa rendah diri, menggap diri tidak berguna dan tidakberarti ditengah  masyarakat. Merasa keberadaannya tidak dibutuhkan oleh masyarakat dan lingkungan.
b)          Merasa tidak pantas atau tidak berhak memiliki atau mendapatkan sesuatu.
c)          Merasa terlalu muda atau tua melakukan sesuatu.
d)          Merasa dibenci atau tidak disukai oleh lingkungan dansekitarnya.
e)          Merasa tidak mampu dan selalu khawatir mendapat kegagalan dan cemoohan dari orang sekitarnya.
f)           Merasa kurang pendidikan dibanding orang lain.
g)          Jarang memiliki dorongan dan semangat hidup, tidak berani
h)          memulai sesuatu hal yang baru, selalu khawatir berbuat
i)           salah dan ditertawakan orang
b.   Positif
1)      Citra tubuh positif
Citra tubuh positif adalah anggapan atau gambaran seseorang tentang dirinya sendiri yang bersifat positif. Umumnya sejak anak-anak orangtua mereka telah menanamkan nilai-nilai positif ke dalam fikiran si anak. Orang yang mempunyai citra tubuh positif mempunyai semangat hidup dan semangat juang yang tinggi. Ia mempunyai cita-cita dan gambaran yang jelas tentang masa depanya. Mereka merasakan dirinya penuh semangat, optimis, dan yakin pada setiap yang dikerjakan. Citra tubuh positif menjadi blueprint kehidupanya, dunia seolah-olah tunduk padanya, sukses demi diraih seiring dengan perjalanan waktu (Tadubbar, 2008).
Tanda-tanda orang yang mempunyai citra tubuh positif antara lain:
a)       Mempunyai gambaran yang jelas tentang masa depanya.
b)       Optimis mengurangi kehidupan.
c)       Yakin dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
d)       Penuh harapan dan yakin dapat meraih kehidupan yang lebih baik.
e)       Tidak ada hal yang tidak mungkin.
f)        Penuh rasa percaya diri.
g)       Segera bangkit dari kegagalan dan tidak larut dalam duka berkepanjangan
4.     Pengukuran Citra Tubuh
Pengukuran citra tubuh dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan menggunakan kuesioner, komputer, maupun gambar-gambar siluet. Namun, alat ukur yang biasanya sering digunakan untuk mengukur citra tubuh seseorang adalah Multidimensional Body Self Relations Questionnaire (MBSRQ) yang dikembangkan oleh Cash (2000, dalam Putri, 2012: 17). Alat ukur ini dipakai untuk mengukur citra tubuh remaja dan orang dewasa (usia 15 tahun keatas). Alat ini dapat mengukur sikap terhadap citra tubuh secara menyeluruh yang meliputi komponen kognitif, tingkah laku, dan afeksi. Kuesioner ini mencakup tiga dimensi dari citra tubuh, dimana diklasifikasikan lagi menjadi 10 macam, diantaranya sebagai berikut:
a.      Evaluasi Penampilan Fisik (EPF)/Appearance Evaluation   
Digunakan untuk mengukur kepuasan atau ketidakpuasan individu terhadap penampilan. Semakin tinggi skor menunjukkan kepuasan terhadap penampilannya, begitu pula sebaliknya.
b.     Orientasi Penampilan Fisik (OPF)/Appearance Orientation
Digunakan untuk mengukur tingkat perhatian individu terhadap penampilannya. Semakin tinggi skor menunjukkan penampilan individu dianggap sangat penting oleh dirinya yang ditunjukkan dengan sikap merawat tubuhnya dan menjaga penampilannya, begitu pula sebaliknya.
c.      Evaluasi Kebugaran Fisik (EKF)/Fitness Evaluation
Digunakan untuk mengukur derajat kebugaran yang dirasakan individu terhadap tubuhnya. Semakin tinggi skor menunjukkan bahwa individu merasa dalam kondisi bugar dan mempunyai kompetensi fisik, begitu pula sebaliknya.
d.     Orientasi Kebugaran Fisik (OKF)/Fitness Orientation
Digunakan untuk mengukur derajat perhatian individu terhadap kebugaran fisik. Semakin tinggi skor menunjukkan individu menganggap penting kebugaran sehingga melakukan usaha dan aktif mengikuti kegiatan olahraga, begitu pula sebaliknya.
e.      Evaluasi Kesehatan (EK)/Health Evaluation
Digunakan untuk mengukur penilaian individu mengenai kesehatan tubuhnya. Semakin tinggi skor menunjukkan tubuh individu dalam kondisi prima dan bebas dari penyakit, begitu pula sebaliknya.
f.      Orientasi Kesehatan (OK)/Health Orientation
Digunakan untuk mengukur derajat pengetahuan dan kesadaran individu terhadap pentingnya kesehatan fisik. Semakin tinggi skor menunjukkan individu sangat memperhatikan kesehatannya dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan sehingga selalu berusaha untuk mengembangkan gaya hidup sehat, begitu pula sebaliknya.
g.     Orientasi Tentang Penyakit (OTP)/Ilness Orientation
Digunakan untuk mengukur kesadaran individu terhadap penyakit dan derajat reaksi terhadap masalah penyakit yang dialami oleh individu. Semakin tinggi skor menunjukkan individu sangat sadar terhadap gejala-gejala penyakit dan berusaha mencari pengobatan, begitu pula sebaliknya.
h.     Kepuasaan Area Tubuh (KAT)/Body-Areas Satisfaction Scale
Digunakan untuk mengukur kepuasan individu terhadap aspek-aspek tertentu dari penampilannya. Semakin tinggi skor menunjukkan individu merasa puas dan bahagia dengan sebagian besar area tubuhnya.
i.       Pengkategorian Ukuran Tubuh (PUT)/Self-Classified Weight
Digunakan untuk menggambarkan bagaimana individu mempersepsikan dan melihat berat badannya sendiri. Hasilnya berupa penilaian apakah individu melihat berat badannya berada dalam rentang antara kekurangan berat badan tingkat berat hingga kelebihan berat badan tingkat berat.

j.       Kecemasan Terhadap Kegemukan (KTK)/Overweight Precupation
Digunakan untuk menggambarkan kecemasan invidu menjadi gemuk, kewaspadaan terhadap berat badan, kecenderungan untuk melakukan diet penurunan berat badan dan membentuk pola makan yang dibatasi. Semakin tinggi skor menunjukkan individu memiliki kecemasan yang tinggi untuk menjadi gemuk, begitu pula sebaliknya.
          Terdapat lima kemungkinan jawaban dari hampir seluruh subkomplemen yang ada dalam kusioner ini, yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Cara perhitungan untuk masing-masing subkomplemen adalah dengan memasukkan data mentah ke dalam skala 0 – 4. Pada poin positif, sangat setuju bernilai 4, setuju bernilai 3, ragu-ragu bernilai 2, tidak setuju bernilai 1, dan sangant tidak setuju bernilai 0. Begitu pula sebaliknya pada pernyataan yang bersifat negatif.
C.    Masa Remaja
1.     Definisi Remaja
a.     Menurut Perkembangan Fisik
      Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait (seperti biologi dan ilmu faal) rermaja dikenal sebagai suatu tahap perkembagnan fisik, yaitu masa alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan secara faali alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Pada akhir dari peran perkembangan fisik ini akan terjadi seorang pria yang berotot dan berkumis/berjanggut yang mampu menghasilkan beberapa ratus juta sel mani (spermatozoa) setiap kali ia berejakulasi (memencarkan air mani), atau seorang wanita yang setiap bulannya mengeluaran sebuah sel telur dari indung-telurnya.
       Sebagai makhluk yang lambat perkembangannya, masa pematangan fisik ini barjalan lebih kurang dua tahun dan biasanya dihitung mulai haid pertama pada seorang wanita atau sejak seorang laki-laki mengalami mimpi basahnya (mengeluarkan air mani pada waktu tidur) yang peratama. Masa yang dua tahun ini dinamakan pubertas, yang dalam bahasa latin berarti usia kedewasaan (the age of manhood) dan berkaitan dengan kata Latin lainnya pubescere yang berarti masa pertumbuhan rambut di daerah tulang pubic (di wialyah kemaluan)
b.     Definisi Remaja untuk Masyarakat Indonesia
       Mendefinisikan remaja untuk masyarakat Indonesia sama sulitnya dengan menetapkan definisi remaja secara umum. Masalahnya adalah karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat, dan tingkatan sosial-ekonomi maupun pendidikan. Dengan kata lain tidak ada profil remaja Indonesia yang seragam berlaku secara nasional.
       Walaupun demikian, sebagai pedoman untuk kita dapat menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut.
1)   Usia 11 tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak.
2)   Di banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balig, baik menurut adat maupun agama sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial)
3)   Pada usia tersebut, mulai tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti trcapainya identitas diri (ego, identity menurut Erik Erikson), tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual (menurut Freud) dan tercapainya puncak perkembangan kognitif (Piaget) maupun moral (Kohlberg) (Kriteria Psikologis).
4)   Batas usia 24 tahun merupakan bats maksimal, yaitu untuk member peluang bagi mereka yang sampai batas tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat/tradisi), belum bias memberikan pendapat sendiri dan sebagainya.
5)   Dalam definisi diatas ststus perkawinan sangat menentukan. Seorang yang sudah menikah, pada usia berapapun pada umumnya akan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga. Karena itu definisi remaja disini dibatasi khusus untuk yang belum menikah.
Selanjutnya dalam batasan diatas ada enam penyesuaian diri yang harus dilakukan remaja yaitu:
1)   Menerima dan mengintegrasikan pertumbuhan badannya dalam kepribadiannya.
2)   Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang adekuat (memenuhi syarat) dalam kebudayaan di mana ia berada.
3)   Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk menghadapi kehidupan.
4)   Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat
5)   Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas, dan nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan.
6)   Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dan dalam kaitannya dalam kehidupan (Carballo, 1978: 250, dalam Sarwono, 2011: 19
2.    Karakteristik Remaja
Sedangkan menurut Hurlock terdapat 8 karakteristik atau ciri-ciri pada masa remaja, yaitu:
a.    Masa remaja sebagai periode penting
Masa remaja adalah periode yang penting karena pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang dialami oleh remaja yang akan berdampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b.    Masa remaja sebagai periode peralihan
Masa remaja merupakan periode transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa, dimana status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peranannya. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan belum dapat disebut dewasa. Namun, ketidakjelasan akan statusnya ini menguntungkan remaja itu sendiri karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya
c.    Masa remaja sebagai periode perubahan
Perubahan pada masa remaja dalam sikap dan perilaku sejajar dengan tingkat perubahan fisiknya. Terdapat empat perubahan pada remaja yang hampir bersifat universal, yaitu  meningginya emosi; perubahan tubuh, minat dan peran; berubahnya minat, pola dan perilaku yang menyebabkan perubahan nilai; serta sikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
d.    Masa remaja sebagai usia bermasalah
Pada masa remaja, individu sering menemukan berbagai masalah yang sulit dihadapi. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu, yakni remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah karena pada masa anak-anak masalah yang dihadapi seringkali diselesaikan oleh orangtua atau guru. Selain itu, remaja merasa dirinya mandiri sehingga mereka menolak bantuan orang lain dalam menyelesaikan masalahnya.
e.    Masa remaja sebagai masa indentitas
Pada awal masa remaja penyesuaian diri dengan kelompok adalah hal yang penting tetapi lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat. Pengertiannya akan “siapa aku” dipengaruhi oleh pandangan orang-orang sekitarnya serta pengalaman-pengalaman pribadinya dalam menentukan pola perilakunya sebagai orang dewasa.
f.     Masa remaja sebagai usia yg menimbulkan ketakutan
Masa remaja terkadang bersikap negatif dan sulit diatur sehingga menimbulkan kerusakan yang menjadikan orangtua dan orang disekitarnya menjadi takut.
g.    Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis
Remaja cenderung memandang kehidupan dari penilaiannya sendiri, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sbgaimana kenyataannya.
h.    Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Setelah masa akhir remaja seseorang akan memasuki masa dewasa oleh karena itu remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan pada status dewasa.
3.    Tugas Perkembangan Remaja
Havigrust (dalam Muhammad Ali, 2008: 171) mendefinisikan tugas perkembangan sebagai tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
Menurut Hurlock, terdapat 10 tugas perkembangan remaja, yaitu:
a.    Mampu menerima keadaan fisiknya;
b.    Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;
c.    Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
d.    Mencapai kemandirian emosional;
e.    Mencapai kemandirian ekonomi;
f.     Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;
g.    Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orangtua
h.    Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa;
i.     Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;
j.     Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
Keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya, ketika terdapat satu atau beberapa tugas perkembangan yang tidak terselesaikan maka akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
4.     Perubahan pada remaja (Hurclok, 1999)
a.      Perubahan fisik
Berdasarkan perubahan fisik terdapat perbedaan pada setiap individu. Perbedaan seks sangat jelas. Meskipun anak laki-laki memulai pertumbuhan lebih lambat dari pada anak perempuan, pertumbuhan anak laki-laki berlangsung lebih lama, sehingga pada saat matang biasanya anak laki-laki lebih tinggi dari anak perempuan. Perbedaan individual juga dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak yang matangnya terlambat cenderung memiliki bahu yang yang lebih lebar dari pada anak yang matang lebih awal. Anak perempuan yang matang lebih awal cenderung lebih berat, lebih tinggi dan lebih gemuk dibandingkan dengan anak perempuan yang matangnya terlambat.
b.     Perubahan kepribadian
Remaja memahami apa yang membentuk “kepribadian yang menyenangkan”. Remaja mengetahui sifat-sifat apa yang dikagumi oleh teman sejenis maupun teman-teman lawan jenis. Meskipun sifat-sifat yang dikagumi berbeda dari kelompok sosial ke kelompok sosial yang lain, namun remaja mengerti apa yang dikagumi oleh kelompoknya. Banyak remaja menggunakan standar kelompok sebagai konsep mereka mengenai kepribadian “ideal” terhadap mana mereka menilai kepribadian mereka sendiri. Tidak banyak yang merasa dapat mencapai gambaran yang ideal ini dan mereka yang tidak berhasil ingin mengubah kepribadian mereka.
c.      Perubahan emosi
Masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketengangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, sebagian remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuian diri pada perilaku baru dan harapan sosial yang baru.
d.     Perubahan sosial
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah penyesuian sosial. Bagian yang terpenting dan tersulit adalah penyesuian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokkan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin. Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebayanya, maka dapatlah dimengrti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluaraga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi besar.
e.      Perubahan moral
Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai oleh remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok kepadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. MenurutMitchell terdapat lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja, yaitu:
1)     Pandangan moral individu makin lama menjadi lebih abstrak dan konkret.
2)     Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah.
3)     Penilaian moral menjadi semakin kognitif.
4)     Penilaian moral menjadi kurang egosentris. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
D.    Kerangka Teori

Gambar 1
Kerangka Teori

Tanda-tanda Citra Tubuh pada
remaja:
a. Negatif
1.  Merasa rendah diri
2.  Merasa tidak pantas
3.  Merasa dibenci atau  tidak disukai
4.  Merasa tidak mampu
b. Positif
1.  Percaya diri
2.  Penuh harapan
3.  Optimis
4.  Tidak ada hal yang tak mungkin
5.  Yakin dapat mengatasi berbagai masalah
6.  Mempunyai gambaran yang  jelas
Perubahan pada remaja:
1.  Fisik
Berat badan dan tinggi badan.
2.  Kepribadian
3.  Emosi
4.  Sosial
5.  Perubahan moral

Status gizi
1.      Gizi baik
2.      Gizi lebih
3.      Gizi sedang
4.      Gizi kurang
5.      Gizi buruk

Sumber: Tarwoto dan Wartonah (2006), Depkes RI (1999), Tadubbar, (2008), dan Hurclok (1999)



E.    Kerangka konsep
Kerangka konsep merupakan uraian dan visualisasi hubungan atau keterkaitan antara konsep satu dan konsep yang lainnya atau antara konsep yang satu dan konsep yang lain dari masalah penelitian yang ingin diteliti. (Notoatmodjo, 2010: 83).
Tujuannya adalah untuk menggambarkan secara menyeluruh konsep yang digunakan dalam penelitian sekaligus menggambarkan hubungan variabel yang ada dalam penelitian tersebut. Pada penelitian kali ini, kerangka konsep terkait hubungan obesitas dengan gambaran citra tubuh adalah sebagai berikut:
Gambar 2
Kerangka Kerja Penelitian

Variabel independen                                      Variabel dependen

Citra tubuh
Status Gizi

                         
F.     Hipotesa
       Hipotesis dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel. Hipotesis memiliki fungsi untuk menentukan pembuktian atau hipotesis merupakan pernyataan yang harus dibuktikan (Notoatmodjo, 2010: 84).
Maka hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha          : Ada hubungan antara status gizi dengan citra tubuh pada remaja SMA  N 1 Pringsewu”.
Ho         : Tidak ada hubungan antara status gizi dengan citra tubuh pada remaja  SMA N 1 Pringsewu
G.   Variabel penelitian
       Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu status gizi sebagai variabel independen dan citra tubuh sebagai variabel dependen. Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat ukur, maka variabel harus diberi batasan atau definisi operasional.
1.     Variabel dependen
Yang menjadi variabel dependen pada penelitian ini adalah status gizi
2.     Variabel independen
Variabel independent pada penelitian ini adalah citra tubuh
H.    Definisi Operasional
       Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010: 85).
Tabel 4 Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
Cara ukur
Alat Ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Status gizi
Kriteria yang ditinjau dari keadaan berat badan dan tinggi badan remaja
Responden mengukur tinggi badan dan berat badan
Meterline (alat ukur tinggi badan.
Timbangan badan/timbangan badan (alat ukur tinggi badan.
0=gizi baik, jika hasil pengukuran 80%-120% BB/TB
1=gizi lebih, jika hasil pengukuran >120% BB/TB
2=gizi sedang, jika hasil pengukuran 70%-79.9% BB/TB
3=gizi kurang, jika hasil pengukuran 60%-69,9% BB/TB
4=gizi buruk, jika hasil pengukuran <60% BB/TB
Ordinal
Citra Tubuh
Gambaran atau pandangan remaja mengenai penampilan dirinya, dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya
Responden mengisi kuesioner terkait citra tubuh
Kuesioner
0 = positif jika skor ≥mean 108,54183
1 = negatif jika skor <mean 108,54183 
Ordinal

Related Posts:

0 Response to "KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN GIZI"

Posting Komentar