KEPERAWATAN JIWA : BHSP KLIEN DENGAN PERILAKUKEKERASAN




PROSES KEPERAWATAN


Diagnosa Keperawatan: Perilaku kekerasan

Tujuaan khusus:
a.      Terbina hubungan saling percaya antara pasien dengan perawat
b.     Teridentifikasi penyebab marah
c.      Teridentifikasi akibat yang ditimbulkan dari marah
d.     Pasien mampu mengontrol marah secara fisik

Rencana intervensi:
a.      Membina hubungan saling percaya
b.     Mengidentifikasi penyebab marah
c.      Mengidentifikasi akibat yang ditimbulkan dari marah
d.     Mengajarkan pasien cara mengontrol marah dengan cara fisik




SP 1 PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
(MEMBINA HUBUNGAN SALING PERCAYA, IDENTIFIKASI PENYEBAB MARAH DAN AKIBAT MARAH SERTA CARA MENGONTROL SECARA FISIK 1)

Fase perkenalan

Perawat: “Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya Romza Afriadi, panggil saja saya Romza, saya perawat yang dinas di ruangan Soka ini. Hari ini saya berdinas dari pukul 08.00 sampai 14.00. Nama bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?”

Pasien: ”Nama saya Apriyanto Mas, saya biasa dipanggil Yanto”

Perawat: “Selama bapak dirawat di rumah sakit ini, saya yang bertanggung jawab untuk merawat bapak, jadi saya berharap agar pak Yanto tidak segan untuk menceritakan masalah bapak. Saya sangat memerlukan keterangan dari bapak supaya program pengobatan bapak dapat maksimal sehingga bapak dapat cepat sembuh dan kembali berkumpul dengan keluarga bapak. Bapak jangan khawatir karena semua keterangan bapak akan terjaga secara rahasia. Baiklah hari ini kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah bapak. Apakah bapak bersedia?”

Pasien: “Iya mas”

Perawat: “Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruangan ini saja?”

Pasien: “Iya mas, di sini saja, lebih enak di sini memang mas”

Perawat: “Baiklah, karena sekarang masih waktunya bapak istirahat, bagaimana kalau satu jam lagi saya akan kembali kesini dan kita akan mulai berbincang-bincang ya pak? Saya permisi dulu ya pak. Assalamu’alaikum.”

Pasien: “ iya mas, wa’alaikumusalam”

Fase Orientasi

Perawat: “Assalamu’alaikum pak Yanto. Bagaimana perasaan bapak saat ini? masih ada perasaan kesal atau marah?”

Pasien: “Wa’alaikumusalam. Saat ini perasaan saya baik, hanya sesekali saja saya kesal kalau ada yang memancing masalah”

Perawat: “Pak Yanto masih ingat tidak tentang kontrak yang sudah kita bicarakan tadi?”

Pasien: “Iya mas, saya masih ingat kalau kita akan berbincang-bincang tentang kemarahan saya”

Perawat: “Iya, betul sekali pak, ternyata ingatan bapak masih sangat kuat. Baiklah kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah bapak. Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?”

Pasien: “Emm… Boleh deh mas”

Fase kerja

Perawat: “Apa yang menyebabkan bapak marah?”

Pasien: “Saya biasanya marah kalau istri memancing masalah terlebih dahulu mas, apalagi dalam kondisi badan capek dan banyak masalah pada pekerjaan”

Perawat: “Iya,, emm.. Kalau disini apakah sama penyebab kemarahan bapak?”

Pasien: “Kalau di sini saya jarang marah mas, hanya kalau ada teman yang memancing masalah terlebih dahulu mas”

Perawat: “Emm.. seperti itu ya pak…  Oiya, jadi ada 2 hal penyebab marah bapak. Pertama karena kondisi badan bapak yang masih lelah ditambah masalah yang memperumit keadaan. Kedua karena kondisi mental bapak yang tertekan masalah-masalah tersebut ”

Pasien: “Oww,,, jadi seperti itu ya mas…”

Perawat: “Pada saat marah itu ada, seperti misalnya bapak pulang ke rumah dan istri belum menyediakan makanan, apa yang bapak rasakan?”

Pasien: “Emm,, susah dijelaskannya mas”

Perawat: “Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat dan tangan mengepal?”

Pasien: “Betul mas, saya merasakan seperti yang mas sebutkan tadi. Dan kalau emosi tadi sudah meluap saya tidak bisa mengontrol diri saya mas”

Perawat: “Oww.. seperti itu ya pak. Setelah itu apa yang bapak lakukan?”

Pasien: “Terkadang kalau emosi saya sudah meledak saya bisa memukul istri saya atau memecahkan piring di rumah mas”

Perawat: “Lalu, apakah dengan cara ini makanan terhidang?”

Pasien: “ Ya tidak mas”

Perawat: “Iya, tentu tidak. Apa kerugian dari cara yang bapak lakukan?”

Pasien: ” istri saya jadi takut dan piring-piring juga pecah mas”

Perawat: “Betul,, istri jadi sakit dan takut, piring-piring juga pecah dan rumah tangga pasti jadi tidak nyaman. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik dan maukah bapak belajar mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

Pasien: “Saya mau mas, saya jadi merasa bersalah setelah saya meluapkan kemarahan kepada keluarga saya mas”

Perawat: “Baiklah pak, jadi ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan bapak, salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi dengan cara fisik inilah kemarahan bapak akan disalurkan tanpa menimbulkan kerugian. Hari ini kita pelajari satu hal dulu ya pak?”

Pasien: “Iya mas, saya mau”

Perawat: “Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah mulai bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik napas dalam dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung , bagus… tahan, dan tiup melalui mulut. Nah coba bapak lakukan 5 kali, iya,, bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaan bapak sekarang?”

Pasien: “Saya merasa perlahan mulai tenang mas”

Perawat: “Iya pak, tujuan dilakukannya latihan ini adalah mengontrol marah dengan latihan fisik supaya diri bapak bisa tenang dan rileks saat emosi bapak akan meningkat. Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”

Fase terminasi

Perawat: “Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”

Pasien: “Saya mulai mengerti mas tentang kondisi kemarahan saya dan saya akan mencoba mempraktikkan cara yang mas ajarkan tadi”

Perawat: “Baiklah, saya yakin bapak akan bisa mengendalikan kemarahan bapak. Iya jadi ada 2 penyebab kemarahan bapak, bisakah bapak menyebutkan?”

Pasien: “Eee.. penyebabnya karena faktor fisik yang sedang lelah ditambah masalah yang semakin memperumit keadaan dan faktor mental yang tertekan masalah-masalah tadi ya mas?”

Perawat: “Betul sekali pak, wah ternyata ingatan bapak baik sekali. Lalu apa yang bapak lakukan saat kemarahan itu memuncak serta apa saja akibat dari cara bapak melampiaskan kemarahan bapak tadi?”

Pasien: “Sebelumnya saya sering melampiaskan kemarahan dengan memukuli istri dan memecahkan piring mas, dampaknya istri saya menjadi takut, merasa sakit dan piring-piring juga banyak yang pecah”

Perawat: “Iya, jadi cara pelampiasan kemarahan bapak tidak tepat dan harus kita ganti dengan cara yang tadi telah kita pelajari bersama. Bisakah bapak menyebutkan cara yang telah kita pelajari tadi?”

Pasien: “Eeemm… Saat tanda-tanda kemarahan itu mulai muncul, maka saya berdiri, lalu tarik napas dalam dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan, supaya lebih efektif dapat dilakukan sebanyak 5 kali”

Perawat: “Iya, tepat sekali pak. Wah ternyata bapak sangat cepat dalam mempelajari hal baru ya pak. Baiklah, sekarang kita buat jadwal latihan ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam? Jam berapa saja pak?”

Pasien: “Bagaimana kalau 3 kali sehari saja mas? Emm,, lebih enak kalau jam 9 pagi, jam 2 siang dan jam 8 malam saja mas?”

Perawat: “Baiklah kalau bapak setuju dengan waktu latihan tersebut. Kita catat ya pak pada jadwal kegiatan bapak?”

Pasien: “Iya mas, saya setuju”

Perawat: “iya pak, jadi hari ini kita sudah mendapatkan tambahan ilmu tentang penyebab kemarahan bapak, akibat yang ditimbulkan dari kemarahan bapak dan cara mengontrol marah dengan cara fisik. Dari semua yang kita bicarakan tadi, apakah ada yang bapak ingin tanyakan?”

Pasien:”Sementara ini tidak ada mas, sejauh ini saya cukup jelas”

Perawat: ‘Baik bagaimana kalau besok pagi saya datang dan kita mempelajari latihan cara yang lain untuk mencegah/mengontrol marah bapak?

Pasien: “Iya mas”

Perawat: “Tempatnya disini saja ya pak?

Pasien: ”Boleh mas”

Perawat: “Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, Assalamu’alaikum”

Pasien: “Iya mas, terimakasih atas saran dan masukan hari ini, Wa’alaikumussalam”


Related Posts:

0 Response to "KEPERAWATAN JIWA : BHSP KLIEN DENGAN PERILAKUKEKERASAN"

Posting Komentar