ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PENYAKIT WILS

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Penyakit Wils - Artikel kali ini saya memposting mengenai penyakit wils tumor/Nephroblastoma atau tumor ginjal yang sering terjadi pada anak - anak semoga bermanfaat.



WILM’S TUMOR
(NEPHROBLASTOMA)

Definisi
Wilm’s tumor adalah merupakan tumor ginjal yang terjadi pada anak

Patofisiologi
·        Wilm’s tumor ini terjadi pada parenchyema renal. Tumor tersebut tumbuh dengan cepat dengan lokasi dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau menyimpang luar renal. Mempunyai gambaran khas, berupa glomerulus dan tubulus yang primitif atau abortif, dengan ruangan Bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif dikelilingi stroma sel kumparan. Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian diinvasi oleh sel tumor.

Related Posts:

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN CEREBRAL PALSY II

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Cerebral Palsy II - Artikel kali ini yaitu mengenai Asuhan Keperawatan Anak Dengan Cerebral Palsy. dimana asuhan keperawatan tersebut perlu penanganan yang lebih optimal sehingga penulis tertarik untuk menyajikan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Cerebral Palsy.




Penatalaksanaan Perawatan

Pengkajian

·        Identifikasi anak yang mempunyai risiko
·        Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat, perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, reflex bayi yang persisten, ataxic, kurangnya tonus otot
·        Monitor respon untuk bermain
·        Kaji fungsi intelektual anak

Diagnosa Keperawatan
1.      Risiko injury berhubungna dengna spasme, pergerakan yang tidak terkontrol dan kejang
2.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan kelemahan otot-otot
3.      Perubahan tumbuh dan kembang berhubungan dengan gangguan neuromuscular
4.      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuscular dan kesukaran dalam artikulasi
5.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesukaran menelan dan meningkatnya aktivitas
6.      Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan neuromuscular
7.      Perubahan proses piker berhubungan dengan serebral injury, ketidakmampuan belajar
8.      Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan spasme otot, meningkatnya aktivitas, perubahan kognitif
9.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah dan kebutuhan terapi
10.   Perubahan peran orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak dalam kondisi kronik
11.   Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penggunaan atau alat penyokong

Perencanaan
1.      Anak akan selalu aman dan terbebas dari injury
2.      Anak akan memiliki kemampuan pergerakan yang maksimum dan tidak mengalami kontraktur
3.      Anak akan mengeksplorasi cara belajar dan ikut berpartisipasi dengan anak lain dalam melakukan beberapa aktivitas
4.      Anak akan mengekspresikan tentang kebutuhan dan mengembangkan metoda dalam berkomunikasi dengan orang lain
5.      Kebutuhan status nutrisi anak akan tetap terpenuhi yang ditandai dengan berat badan dalam batas normal
6.      Anak tidak mengalami aspirasi
7.      Anak akan menunjukkan tingkat kemampuan belajar yang sesuai
8.      Kebutuhan sehari-hari pada anak terpenuhi
9.      dan 10. Orangtua/ keluarga menunjukkan pemahaman terhadap kebutuhan perawatan anak yang ditandai dengan ikut berperan aktif dalam perawatan anak
11.   Anak tidak menunjukkan gangguan integritas kulit yang ditandai dengan kulit tetap utuh

Implementasi
1.      Meningkatkan kebutuhan  keamanan dan mencegah injury
·        Hindari anak dari benda-benda yang membahayakan; misalnya dapat terjatuh
·        Perhatikan anak-anak saat beraktifitas
·        Beri istirahat bila anak lelah
·        Gunakan alat pengaman bila diperlukan
·        Bila ada kejang; pasang alat pengaman dimulut agar lidah tidak tergigit
·        Lakukan suction
·        Pemberian anti kejang bila terjadi kejang
2.      Meningkatkan kemampuan mobilitas fisik
·        Kaji pergerakan sendi-sendi dan tonus otot
·        Lakukan terapi fisik
·        Lakukan reposisi setiap 2 jam
·        Evaluasi kebutuhan alat-alat khusus untuk makan, menulis, membaca dan aktivitas
·        Ajarkan dalam menggunakan alat bantu jalan
·        Ajarkan cara duduk, merangkak pada anak kecil, berjalan, dll
·        Ajarkan bagaimana cara menggapai benda
·        Ajarkan untuk menggerakkan anggota tubuh
·        Ajarkan ROM yang sesuai
·        Berikan periode istirahat
3.      Meningkatkan kebutuhan tumbuh kembang dalam tingkat yang optimum
·        Kaji tumbuh kembang
·        Ajarkan untuk intervensi awal dengan terapi rekreasi dan aktivitas sekolah
·        Berikan aktivitas yang sesuai, manarik, dan dapat dilakukan oleh anak
4.      Meningkatkan komunikasi
·        Kaji respon dalam berkomunikasi
·        Gunakan kartu/ gambar-gambar/ papan tulis untuk memfasilitasi komunikasi
·        Libatkan keluarga dalam melatih anak berkomunikasi
·        Rujuk ke ahli terapi bicara
·        Ajarkan dan kaji makna non verbal
·        Latih dalam penggunaan bibir, mulut dan lidah
5.      Meningkatkan kebutuhan status nutrisi
·        Kaji pola makan anak
·        Timbang berat badan setiap hari
·        Berikan nutrisi yang adekuat dan makanan yang disukai, banyak mengandung protein, mineral, dan vitamin
·        Berikan makanan ekstra yang mengandung banyak kalori
·        Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan kemampuannya
·        Bantu selama anak memenuhi kebutuhan; makan dan minum
6.      Mencegah terjadinya aspirasi
·        Lakukan suction segera bila ada sekret
·        Berikan posisi tegak lurus atau setengah duduk saat makan dan minum
·        Kaji pola pernafasan
7.      Meningkatkan kebutuhan intelektual
·        Kaji tingkat pemahaman anak
·        Ajarkan dalam memahami percakapan dengan verbal atau non verbal
·        Ajarkan menulis dengan menggunakan papan tulis atau alat lain yang dapat digunakan sesuai dengan kemampuan orangtua dan anak
·        Ajarkan membaca dan menulis sesuai dengan kebutuhannya
8.      Memenuhi kebutuhan sehari-hari
·        Kaji tingkat kemampuan anak dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
·        Bantu dalam pemenuhan kebutuhan; makan-minum, eliminasi, kebersihan perseorangan, mengenakan pakaian, aktivitas bermain.
·        Libatkan keluarga dan bagi anak yang kooperatif dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
9.      dan 10. Meningkatkan pengetahuan dan peran orang tua dalam memenuhi kebutuhan perawatan anak
·        Kaji tingkat pengetahuan orang tua
·        Ajarkan orangtua untuk mengekspresikan perasaan tentang kondisi anak
·        Ajarkan orangtua dalam memenuhi kebutuhan perawatan anak
·        Ajarkan tentang kondisi yang dialami anak dan terkait dengan latihan terapi fisik dan kebutuhan
·        Tekankan bahwa orangtua atau keluarga mempunyai peranan penting dalam membantu pemenuhan kebutuhan
·        Jelaskan pentingnya pemenuhan kebutuhan bermain dan sosialisasi pada orang lain 
11.   Mencegah kerusakan integritas kulit
·        Kaji area yeng terpasang alat penyokong
·        Gunakan lotion kulit untuk mencegah kulit kering
·        Lakukan pemijatan pada area yang tertekan
·        Berikan posisi yang nyaman dan berikan support dengan bantal
·        Pastikan bahwa alat penyokong atau balutan tepat dan terfiksasi

Perencanaan Pemulangan
·        Berikan informasi pada orang tua/ keluarga tentang perkembangan anak, prognosis, rencana perawatan dan berikan jawaban yang jujur bila mereka menanyakan dan ajarkan bagaimana keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan perawatan anak bila mungkin
·        Ajarkan pada keluarga untuk mengekspresikan perasaan secara verbal tentang perhatian, perasaan bersalah, menolak, marah dan takut
·        Kaji pengetahuan keluarga terhadap ketidakmampuan anak dan kebutuhan fisik, beraktivitas dan bicara
·        Demonstrasikan teknik pemberian makan pada anak untuk mencegah aspirasi
·        Berikan pujian positif pada keluarga atas keterlibatannya dalam perawatan anak
·        Jelaskan kemungkinan ada gejala aspirasi, distress pernafasan, retensi kandung kemih, konstipasi dan segera lapor ke perawat
·        Ajarkan bagaimana untuk mencegah kerusakan kulit bla ada pemasangan alat bantu atau penyokong
·        Jelaskan penting menstimulasi anak dengan terapi bermain yang sesuai kondisi dan sosialisasi dengan orang lain


Related Posts:

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN CEREBRAL PALSY

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Cerebral Palsy - Artikel kali ini yaitu mengenai Asuhan Keperawatan Anak Dengan Cerebral Palsy. dimana asuhan keperawatan tersebut perlu penanganan yang lebih optimal sehingga penulis tertarik untuk menyajikan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Cerebral Palsy.


CEREBRAL PALSY

Definisi
Cerebral Palsy adalah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh abnormalitas system motor piramida (motor korteks, basal ganglia, dan otak kecil) yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal.

Patofisiologi
·        Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropy, hilangnya neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan narrower gyr, saluran sulci dan berat otak rendah.

·        Anoxia merupakan penyebab yang berarti dengan kerusakan otak, atau sekunder dari penyebab mekanisme yang lain. CP dapat dikaitkan dengan premature yaitu spastic diplegia yang disebabkan oleh hypoxic infarction atau hemorrhage dalam ventrikel

·        Type athetoid/ dyskenetik disebabkan oleh kernicterus dan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, adanya pigmen berdeposit dalam basal ganglia dan beberapa saraf nuclei cranial. Juga dapat terjadi bila basal ganglia mengalami injury yang ditandai dengan tidak terkontrol; pergerakan yang tidak disadari dan lambat.

·        Type CP hemiparetic, karena trauma pada kortek atau CVA pada arteri cerebral tengah. Cerebral hypoplasia; hypoglycemia neonatal dihubungkan dengan ataxia CP.

·        Spastic CP yang paling sering dan melibatkan kerusakan pada motor korteks yang ditandai dengan ketegangan otot dan hiperesponsif. Reflex tendon yang dalam akan meningkatkan dan menstimulasi yang dapat menyebabkan pergerakan sentakan yang tiba-tiba pada sedikit atau semua ekstremitas.
·        Ataxia CP adanya injury dari serbelum yang mana mengatur koordinasi, keseimbangan dan kinestik. Akan tampak pergerakan yang tidak terkoordinasi pada ekstremitas atas bila anak memegang/ menggapai benda. Ada pergerakan berulang dan cepat namun minimal.

·        Rigid/ tremor/ atonic CP ditandai dengan kekakuan pada kedua otot fleksor dan ekstensor. Type ini mempunyai prognosis yang buruk karena ada deformitas multiple yang terkait dengan kurangnya pergerakan aktif.

·        Secara umum cortical dan antropy cerebral menyebabkan beratnya kuadriparesis dengan retardasi mental dan microcephaly.

Komplikasi
·        Kontraktur
·        Sering mengalami infeksi pernafasan karena kurangnya aktivitas
·        Retardasi mental
·        Konstipasi
·        Gangguan pendengaran

Etiologi
·        Prenatal; tetratogens, rubella, toxoplasmosis, CMP (cytomegalovirus), syndrome genetic, abnormal chromososm, malformasi otak, infeksi intrauterine, masalah fetal/ fungsi plasenta, preeklamsia, komplikasi persalinan.

·        Perinatal; sepsis, infeksi CNS, premature, asfiksia, toximea, trauma lahir, anoxia, diabetes, perinatal, perdarahan intrakranial.

·        Postnatal; infeksi, trauma dan stroke
·        Childhood; meningitis, injury otak, toxin

Manifestasi Klinis
·        Terlambatnya perkembangan pergerakan kasar
·        Abnormal reflex dan penampilan gerakan
·        Abnormal postur dan tonus otot
·        Kejang
·        Abnormal pada reflex moro, plantar, palmar
·        Gangguan pada intelektual
·        Tanda-tanda yang perlu diwaspadai; pada fisik; kurang kontrol pada daerah kepala setelah usia 3 bulan, kejang dan kaku pada lengan dan kaki, selalu terdorong ke bawah/ postur tidak rata, tidak dapat duduk tanpa support, hanya menggunakan beberapa anggota badan.
·        Tingkah laku; iritabel, mudah menangis, tidak dapat senyum/ respon pada usia 3 bulan, kesukaran dalam makan, sering cekukan atau muntah bila makan. Setelah usia 6 bulan lidah mendorong makanan ke luar dari mulut.
Klasifikasi spastic
·        Spastic; hypertonicity dengan kurangnya kontrol pada postur tubuh, keseimbangan dan pergerakan koordinasi. Kerusakan ketrampilan gerakan halus dan kasar. Pergerakan aktif yang meningkat pada postur dan berlebihan pada salah satu anggota tubuh.
·        Dyskinetic/ athetoid; pergerakan abnormal yang tidak disadari, athetosis, ditandai dengan pergerakan lambat, biasanya pada ekstremitas, bahu, otot wajah dan lidah. Adanya dysartria.
·        Ataxic: seperti jalan menyeret, cepat, pergerakan mengulang, disintegrasi pergerakan pada ekstremitas atas ketika anak akan menggapai benda
·        Mixed/ dystonic: kombinasi spasticity dan athetosis

Pemeriksaan Diagnostik
·        Riwayat dan gambaran klinik
·        Pemeriksaan reflex
·        EEG
·        CT
·        Pemeriksaan elektronik

Penatalaksanaan Terapeutik
1.      Terapi fisik
·        Brances (alat penyokong)
·        Splint (pembalutan)
·        Casting (pemasangan gibs)
2.      Alat-alat; kursi roda atau yang lainnya
3.      Terapi kerja; menulis, makan, minum, dll (ADL)
4.      Terapi bicara
5.      Pendidikan khusus
6.      Terapi medik; spastic, nyeri, sekunder kondisi, kejang, masalah bowel dan bladder


Demikian definisi umum cerebral palsy. untuk Asuhan Keperawatan Anak Dengan Cerebral Palsy dapat dilihat pada artikel Asuhan Keperawatan Anak Dengan Cerebral Palsy II

Related Posts:

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN CIDERA KEPALA

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Cidera Kepala - Untuk post kali ini artikel yang saya muat yaitu mengenai Asuhan Keperawan Anak Dengan Cidera Kepala, silahkan membacanya.



CEDERA KEPALA

Definisi

Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injuri baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala.

Patofisiologi

·        Kranium merupakan struktur kuat yang berisi darah, jaringan otak dan cairan serebrospinal
·        Fungsi serebral tergantung pada adekuatnya nutrisi seperti oksigen, glukosa
·        Berat ringannya cedera kepala tergantung pada trauma cranium atau otak. Cedera yang dialami dapat gegar otak, memar otakatau laserasi, fraktur dan atau hematoma (injury vaskuler; epidural atau subdural hematoma)


  • Cedera kepala yang terjadi dapat berupa percepatan (aselerasi) atau perlambatan (deselerasi). Trauma dapat primer atau sekunder. Trauma primer adalah trauma yang langsung mengenai kepala saat kejadian. Sedangkan trauma sekunder merupakan kelanjutan dari trauma primer. Trauma sekunder dapat terjadi meningkatnya tekanan intrakranial, kerusakan otak, infeksi dan edema serebral.
  • Epidural hematoma merupakan injury pada kepala dengan adanya fraktur pada tulang tengkorak dan terdapat lesi antara tulang tengkorak dan dura. Perdarahan dapat meluas sehingga menekan serebral oleh karena adanya tekanan arteri yang tinggi. Gejalanya akan tampak seperti kebingungan atau kesadaran delirium, letargi, sukar untuk dibangunkan dan akhirnya bisa coma. Nadi dan nafas menjadi lambat, pupil dilatasi dan adanya hemiparise.
  • Subdural hematoma adalah cedera kepala dimana adanya rupture pembuluh vena dan perdarahan terjadi antara dura dan serebrum atau antara duramater dan lapisan arachnoid. Terdapat dua type yaitu subdural hematoma akut dan kronik. Bila akut dapat dikaitkan dengan kontusio atau laserasi yang berkembang beberapa menit atau jam. Manifestasi tergantung pada besarnya kerusakan pada otak dan usia anak, dapat berupa kejang, sakit kepala, muntah, meningkatnya lingkar kepala, iritabel dan perasaan mengantuk.
  • Serebral hematoma adalah merupakan perdarahan yang terjadi akibat adanya memar dan robekan pada serebral yang akan berdampak pada perubahan vaskularisasi sehingga dapat berakibat pada statisnya vaskularisasi, anoxia, dan dilatasi dan edema. Kemudian proses tersebut akan terjadilah herniasi otak yang mendesak ruang disekitarnya dan menyebabkan meningkatnya tekanan intracranial. Dalam jangka waktu 24-72 jam akan tampak perubahan statu neurologi.
  • Fraktur yang terjadi pada cedera kepala dapat berupa fraktur linier, fraktur depresi, fraktur basiler, fraktur compound (laserasi kulit dan fraktur tulang)

Komplikasi


  •  Hemorrhagic
  •  Infeksi
  • Edema
  •  Hernias


Etiologi


  • Kecelakaan; jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan, dan dapat terjadi pada anak yang cedera akibat kekerasan.

Manifestasi Klinis


  • Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
  • Kebingungan
  • Iritabel
  •  Pucat
  • Mual dan muntah
  • Pusing kepala
  • Terdapat hematoma
  • Kecemasan
  •  Sukar untuk dibangunkan
  • Bila fraktur, mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrhea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal


Penatalaksanaan Terapeutik'


  • Observasi 24 jam
  • Jika masih muntah sementara puasakan dulu
  • Berikan terapi intravena bila indikasi
  • Anak diistirahatkan atau tirah baring
  • Dapat diberikan prophylaksis bila indikasi
  • Pemberian obat-obat untuk vaskularisasi
  • Pemberian obat analgetik
  • Dan pembedahan bila indikasi

Penatalaksanaan Perawatan



Pengkajian


  • Pada saat melakukan pengkajian perhatikan hal penting; saat kejadian, tempat, bagaimana posisi saat kejadian, serangnnya, lamanya, faktor pencetus, adanya fraktur dan status kesadaran.
  • Status neurologis; perubahan kedadran, pusing kepala, vertigo, menurunnya reflex, malaise, kejang, iritabel, kegelisahan atau agitasi, pupil; ukuran, reflex terhadap cahaya. Hemiparesis, letargi, dan coma.
  •  Status gastrointestinal; mual-muntah
  • Status kardiopulmonal; kesukaran bernafas atau sesak, depresi nafas, nafas lambat, hipotensi, bradikardi

Diagnosa Keperawatan


  1. Risiko tidak efektif bersihkan jalan nafas dan tidak efektif pola nafas berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi, gangguan fungsi pergerakan, dan meningkatnya tekanan intrakranial
  2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan denga edema sereral dan peningkatan tekanan intracranial
  3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan menurunnya kesadaran
  4. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
  5. Risiko injury berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau meningkatnya tekanan intrakranial
  6. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala
  7. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya injury
  8. Kecemasan orang tua anak berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala
  9. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi

Perencanaan


  1. Pola nafas dan bersihkan jalan nafas efektif yang ditandai dengan tidak ada sesak atau kesukaran bernafas, jalan nafas bersih, dan pernafasan dalam batas normal
  2. Perfusi jaringan serebral adekuat yang ditandai dengan tidak ada pusing hebat, kesadaran tidak menurun, dan tidak terdapat tanda-tanda peningkatan intrakranial.
  3. Kebutuhan sehari-hari anak terpenuhi yang ditandai dengan berat badan stabil atau tidak menunjukkan penurunan, tempt tidur bersih, tubuh anak bersih, tidak ada iritasi pada kulit, buang air besar dan kecil dapat dibantu.
  4. Tidak ditemukan tanda-tanda kekuranan volume cairan atau dehidrasi yang ditandai dengan membran mukosa lembab, integritas kulit baik, dan nilai elektrolit dalam batas normal
  5. Anak terbebas dari injury
  6. Anak akan merasa nyaman yang ditandai dengan anak tidak mengeluh nyeri,dan tanda-tanda vital dalam batas normal
  7. Anak akan terbebas dari infeksi yang ditandai dengan tidak ditemukan tanda dan gejala infeksi; suhu tubuh normal, tidak ada pus dari luka, lekosit dalam batas normal
  8. Anak dan orang tua akan menunjukkan rasa cemas berkurang yang ditandai dengan tdak geliasah dan orang tua dapat mengekspresikan perasaan tentang kondisi dan aktif dalam perawatan anak
  9. Tidak ditemukan tanda-tanda gangguan integritas kulit yang ditandai dengan kulit tetap utuh.

Implementasi

1.      Meningkatkan kepatenan jalan nafas dan pola nafas efektif

  • Kaji A, B, C
  • Kaji anak, apakah ada fraktur servikal dan vertebra. Bila ada hindari memposisikan kepala ekstensi dan hati-hati dalam mengatur posisi bila ada cedera vertebra
  • Pastikan jalan nafas tetap terbuka dan kaji adanya sekret. Bila ada sekret segera lakukan pengisapan lender
  • Kaji status pernafasan; kedalamannya, usaha dalam bernafas
  • Bila tidak ada fraktur servikal berikan posisi kepala sedikit ekstensi dan tinggikan 15-30 derajat
  • Pemberian oksigen sesuai program
  • Kaji tanda-tanda vital setiap 2-4 jam
  • Cegah adanya aspirasi oleh sekret dengan pengaturan posisi kepala miring ke samping untuk drainage

2.      Meningkatkan perfusi jaringan serebral

  • Tinggikan posisi kepala 15-30 derajat dengan posisi “midline” untuk menurunkan tekanan vena jugularis
  • Hindari hal-hal yag dapat meningkatkan peningkatan tekanan intrakranial; tekanan pada vena leher, pembalikan posisi dari samping ke samping, ini dapat menyebabkan kompresi pada vena leher. Fleksi atau hiperekstensi pada leher, rotasi kepala, valsava maneuver, rangsangan nyeri, prosedur (pengisapan lender atau suction perkusi)
  • Bila akan memiringkan anak, harus menghindari adanya tekukan pada anggota badan; fleksi. Jadi harus secara bersamaan.
  • Berikan pelembek tinja untuk mencegah adanya valsava maneuver
  • Hindari tangisan anak; lingkungan tenang, gunakan sentuhan terapeutik, hindari percakapan yang emosional
  • Pemberian obat-obat untuk mengurangi edema atau tekanan intracranial sesuai program; seperti mannitol
  • Pemberian terapi cairan intravena dan antisipasi kelebihan cairan karena dapat meningkatkan edema serebral
  • Monitor intake dan output
  • Buat jadwal untuk intervensi perawatan agar mengurangi gangguan yang dapat meningkatkan tekanan intracranial
  • Pemberian cairan hiperosmolar sesuai program
  • Monitor status neurologi; tingkat kesadaran, reflex
  • Lakukan kateterisasi bila indikasi
  • Lakukan pemasangan NGT bila indikasi untuk mencegah aspirasi dan pemenuhan nutrisi
  • Libatkan orangtua dalam perawatan anak dan jelaskan hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial

3.      Meningkatkan pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari

  • Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan aktivitas; makan-minum, mengenakan pakaian, BAK dan BAB, membersihkan tempat tidur, dan kebersihan perseorangan
  • Berikan makanan via parenteral bila ada indikasi
  • Pantau intake dan output
  • Perawatan kateter bila terpasang
  • Kaji adanya konstipasi; bila perlu pemakaian pelembek tinja untuk memudahkan BAB
  • Libatkan orangtua dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan demostrasikan, seperti bagaimana cara memandikan anak

4.      Meningkatkan status hidrasi

  • Kaji intake dan output
  • Kaji tanda-tanda dehidrasi; turgor kulit, membran mukosa dan ubun-ubun atau mata cekung dan output urine
  • Berikan cairan intravena sesuai program

5.      Menghindari terjadinya injury

  • Kaji status neurologi anak; perubahan kesdaran, kurangnya respon terhadap nyeri menurunnya reflex, perubahan pupil, aktivitas pergerakan menurun, dan kejang
  • Kaji tingkat kesadaran denga GCS (Glasgow Coma Scale)
  • Monitor tanda-tanda vital anak setiap jam atau sesuai protocol
  • Berikan istirahat antara intervensi atau pengobatan
  • Berikan analgetik sesuai program
  •  Pemberian obat diuretic; seperti mannitol

6.      Meningkatkan rasa nyaman
·        Kaji keluhan nyeri dengan menggunakan skala; catat lokasi nyeri, lamanya, serangannya, nadi meningkat, nafas cepat, atau lambat, berkeringat banyak
·        Mengatur posisi sesuai kebutuhan anak untuk mengurangi nyeri
·        Kurangi rangsangan
·        Pemberian obat analgetik sesuai program
·        Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman termasuk tempat tidur
·        Berikan sentuha terpeutik
·        Lakukan distraksi; relaksasi

7.      Menghindari terjadinya infeksi
·        Kaji adanya drainage pada area luka
·        Monitor tanda-tanda vital; suhu
·        Lakukan perawatan luka dengan steril dan hati-hati
·        Kaji tanda-tanda dan gejala adanya meningitis, termasuk; kaku kuduk, iritabel, sakit kepala, demam, muntah dan kejang

8.      Mengurangi rasa cemas orang tua dan anak
·        Jelaskan pada anak dan orangtua tentang prosedur yang akan dilakukan; tujuannya
·        Anjurkan orangtua untuk selalu berada di samping anak
·        Anjurkan anak dan orangtua untuk mengekspresikan perasaan
·        Gunakan komunikasi terapeutik

9.      Menghindari terjadinya gangguan integritas kulit
·        Lakukan latihan pergerakan (ROM)
·        Pertahankan posisi postur tubuh yang sesuai
·        Rubah posisi setiap 2 jam sekali atau sesuai kebutuhan dan kondisi
·        Kaji area kulit; adanya lecet
·        Lakukan “back rub” setelah mandi di area yang potensial menimbulkan lecet dan pelan-pelan agar tidak menimbulkan nyeri

Perencanaan Pemulangan


  • Jelaskan tentang kondisi anak yang memerlukan perawatan dan pengobatan
  • Ajarkan orangtua untuk mengenal komplikasi, termasuk; menurunnya kesadaran, perubahan gaya berjalan, demam, kejang, sering muntah, dan perubahan bicara
  • Jelaskan tentang maksud dan tujuan pengobatan; efek samping dan reaksi
  • Ajarkan pada orangtua untuk menghindari injury bila kejang; penggunaan sudip lidah, mempertahankan jalan nafas selama kejang
  • Jelaskan dan ajarkan bagaimana memberikan stimulasi untuk aktivitas sehari-hari di rumah; kebutuhan, kebersihan personal, makan-minum, aktivitas bermain, dan latihan ROM bila anak mengalami gangguan mobilitas fisik
  •  Ajarkan bagaimana untuk mencegah injury; seperti menggunakan alat pengaman
  • Tekankan pentingnya kontrol ulang sesuai jadwal
  • Ajarkan pada orangtua bagaimana mengurangi peningkatan tekanan intrakranial


Demikian Asuhan Keperawatan Anak Dengan Cidera Kepala semoga bermanfaat.

Related Posts: