ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)





GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG
PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)


2.1    Pengetahuan
2.1.1       Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia,  yakni indra penglihatan,  pendengaran,  penciuman,  rasa dan raba.  Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.  tetapi sebagian besar  juga melalui suatu proses yaitu proses belajar dan proses membutuhkan bantuan, misalnya bantuan seseorang yang lebih menguasai sesuatu hal, bantuan alat misalnya buku dan sebagainya (Notoatmodjo, S, 2007).

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama orang dewasa dimulai pada domain kognitif dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek luarnya. Sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut, yang kemudian menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahuinya. Akhirnya rangsangan atau objek yang telah diketahui dan disadari tersebut, akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan ( Notoatmodjo, 2003).

 
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain. Namun perlu diperhatikan disini bahwa tidak semua pengalaman pribadi  dapat menuntun seseorang menarik kesimpulan dengan benar. Untuk menarik kesimpilan dengan benar diperlukan  berfikir kritis dan logis. Pengetahuan meripakan dasar untuk melakukan suatu tindakan  biasanya didahului dengan tahu selanjutnya mempunyai inisiatif untuk melakukan tindakan berdasarkan pengetahuan  (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2       Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
2.1.2.1 Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.
2.1.2.2  Tingkat Pendidikan
            Pendidikan dapat menambah wawasan atau pengetahuan seseorang, yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih luas dibandingkan tingkat pendidikan yang lebih rendah.


2.1.2.3  Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Pengetahuan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang menjadi lebih baik.

2.1.2.4  Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya televisi, radio, koran, majalah, dan buku.

2.1.3       Proses adopsi Perilaku
Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Roger (1974) dalam Notoatmodjo, S mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, didalam diri seseorang tersebut terjadi proses:
2.1.3.1 Awareness(kesadaran)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu proyek tersebut (stimulus).
2.1.3.2  Interest(tertarik)
            Dimana seseorang mulai tertarik terhadap stimulus.
2.1.3.3  Evaluation(evaluasi)
Rasa menimbang nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.
2.1.3.4  Trial(mencoba)
Dimana seseorang sudah mencoba perilaku tersebut.
2.1.3.5  Adoption(adaptasi)
Penyesuaian dimana subjek telah berperilaku baru, sesuai dengan pengetahuan,  kesadaran serta sikap terhadap stimulus.

Roger menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas (Notoatmodjo, 2003). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersikap langgeng (longlasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).

2.1.4       Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau lembar kuisioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden  (Notoatmodjo, 2003).

Menurut (Arikunto, 2010)  Penentuan kategori penelitian dinilai sebagai berikut:
2.1.4.1  Hasil >75% jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden maka responden termasuk dalam kategori baik.
2.1.4.2  Hasil 60-75% jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden maka responden termasuk dalam kategori cukup baik.
2.1.4.3  Hasil <60% jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden maka responden termasuk dalam kategori kurang baik.

2.1.5       Hubungan Pengetahuan dan Perilaku
Dalam penelitian ini yang dijadikan kerangka teori adalah teori perilaku kesehatan menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007),  kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,  yakni faktor perilaku (behaviourcauses) dan faktor diluar perilaku (non-behaviourcauses).  Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan  atau terbentuk dari 3 faktor:
2.1.5.1  Faktor-faktor predisposisi (predisposingfaktors), yang terwujud dalam pengetahuan,  sikap,  kepercayaan,  keyakinan dan nilai-nilai,  dan sebagainya.

2.1.5.2  Faktor-faktor pendukung (enablingfaktors) yang  terwujud dalam lingkungan fisik,  tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.
2.1.5.3  Faktor-faktor pendorong (reenforcingfaktors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain,  yang merupakan kelompok refrensi dari perilaku masyarakat.



2.2    Remaja
2.2.1    Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa,  bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik.  Bahkan perubahan-perubahan yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja,  sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu (Sarwono, S 2010).

2.2.2       Perubahan Fisik Perempuan Saat Pubertas
2.2.2.1 Payudara
Tanda fisik pertama pubertas pada anak perempuan adalah sebuah benjolan yang keras di bawah pusat areola payudara, yang terjadi sekitar usia 10,5 tahun yang dikenal dengan istilah thelarche. Dalam waktu enam sampai 12 bulan kemudian, kedua payudara semakin membesar dan semakin lunak. 12 bulan selanjutnya ukuran dan bentuk payudara sudah mendekati ukuran dan bentuk pada orang dewasa. Perkembangan pertumbuhan payudara dibagi oleh Tanner menjadi 5 tahap, dengan tahap 1 saat masa prepubertas dan tahap 5 saat dewasa.

2.2.2.2 Rambut Kemaluan (pubis)
Rambut kemaluan merupakan tanda keduamasa pubertas perempuan, biasanya terjadi beberapa bulan setelah pertumbuhan payudara (thelarche), yang dikenal sebagai pubarche. Rambut kemaluan biasanya pertama terlihat disepanjang labia, dalam waktu 6-12 bulan kemudian rambut bertambah banyak dan akhirnya mengisi seluruh daerah "segitigakemaluan." Pada tahap selanjutnya rambut kemaluan menyebar kepaha dan kadang-kadang sampai keperut bagian bawah.

2.2.2.3 Vagina, Uterus dan Ovarium
Permukaan mukosa vagina mengalami perubaha ndibawah pengaruh estrogen, menjadi lebih tebal dan berwarna pink. Kadang mulai keluar sekret keputihan (leukorrhea fisiologis) dari vagina sebagai efek peningkatan estrogen. Dalam dua tahun berikutnya rahim dan ovarium ukurannya menigkat dan sudah mulai didapatkan folikel yang tumbuh dalam ovarium.

2.2.2.4 Menstruasi
Haid pertama (menarche) biasanya terjadi dua tahun setelah perkembangan payudara (thelarche). Anak perempuan rata-rata mengalami haid pertama (menarche) pada usia 11 tahun dan mungkin bervariasi antar daerah yang berbeda. Pada awal menarche sampai dua tahun berikutnya biasanya haid masih tidak teratur karena organ reproduksi belum berkembang dengan sempurna. Pada setiap siklus haid yang normal disertai dengan ovulasi pada pertengahan siklus haid, tetapi pada tahun pertama menstruasi, satu siklus menstruasi tidak selalu disertai ovulasi. Ketika seorang anak perempuan mengalami haid pertama, artinya anak sudah “bisa hamil” jika pada saat masa subur ada sperma yang membuahi sel telur.

2.2.2.5 Bentuk tubuh dan distribusi lemak
Selama periode pubertas, sebagai respons terhadap meningkatnya kadar estrogen, bagian bawah panggul dan pinggul melebar (memberikan jalan lahir yang lebih besar), selain itu terjadi penumpukan jaringan lemak terutama pada lokasi tertentu tubuh perempuan yaitu payudara, pinggul, pantat, paha, lengan atas, dan pubis. Perbedaan pola distribusi jaringan lemak menyebabkan perempuan mempunyai bentuk tubuh yang khas yang membedakannya dari laki-laki.

2.2.2.6 Bau Badan dan Jerawat
Pada masa pubertas wanita juga terjadi peningkatan kadar hormone androgen (tidak sebanyak pada laki-laki), yang mengubah komposisi asam lemak dari keringat dan menyebabkan bau tubuh orang dewasa. Kadar Androgen yang meningkat juga meningkatkan sekresi minyak (sebum) kulit, sehingga memicu pertumbuhan jerawat terutama pada kulit wajah (Tama, S, 2011 dalam http://kesehatan reproduksi remaja. blogspot. Com/2011/01/perubahan fisik perempuan saat pubertas. html).



2.3        SADARI
2.3.1   Pengertian
SADARI merupakan suatu metode pemeriksaan payudara sendiri yang efektif untuk menemukan tumor sendini mungkin.  SADARI harus dilakukan setiap bulan,karena banyak bukti bahwa tumor payudara ditemukan wanita sendiri secara kebetulan atau pada waktu meraba payudaranya sendiri.  Yang lebih penting adalah membiasakan SADARI sejak dini misalnya pada usia 20.  Keuntungan SADARI pada usia muda adalah bahwa ia dapat belajar meraba payudaranya sendiri dan mengetahui bentuknya.  Sehingga jika ada kelainan yang timbul pun dapat segera diketahui.

Menurut Purwoastuti (2008) SADARI adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan-kelainan lainya pada payudara. Sedangkan menurut Smeltzer, 2005 dalam (Keperawatan Medikal Bedah) SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri antara hari ke–5 dan ke–10 dari siklus menstruasi, dengan menghitung hari pertama haid sebagai hari 1.



Fibroadenomamammae (FAM), umumnya menyerang para remaja dan wanita dengan usia di bawah 30 tahun. Adanya fibroadenoma atau yang biasa dikenal dengan tumor payudara membuat kaum wanita selalu cemas tentang keadaan pada dirinya. Terkadang mereka beranggapan bahwa tumor ini adalah sama dengan kanker. Yang perlu ditekankan adalah kecil kemungkinan dari fibroadenoma ini untuk menjadi kanker yang ganas. Namun, apabila tumor ini tidak dideteksi sejak awal kemungkinan besar akan tumbuh menjadi tumor ganas atau kanker payudara (Rochmatrati, 2009 dalam http://legasi.blogspot.com 2007 01 fibroadenoma mammae.html).

2.3.2   Tujuan SADARI
Tujuan SADARI adalah untuk membantu wanita melakukan deteksi dini adanya kelainan pada payudara (Suddarth&Brunner, 2003). Dilakukan SADARI  bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang terjadi seperti adanya tumor payudara dan berbagai keluhan yang timbul pada daerah payudara.

2.3.3   Manfaat SADARI
SADARI bermanfaat dalam menemukan lesi berukuran sangat kecil,  sampai 2mm, yang tidak teraba dalam pemeriksaan klinis (biasanya berukuran di bawah 1 cm) (Sujipto, 2008). Manfaat SADARI yaitu dapat mendeteksi adanya tumor/kanker payudara dalam stadium lanjut (Purwoastuti, 2008).

Menurut Soenita (2004) keuntungan dilakukanyan SADARI  adalah lebih efektif dan tidak memerlukan biaya mahal.  Selain itu, SADARI  juga tidak membutuhkan waktu yang banyak untuk melakukanya.


2.3.4   Cara Pelaksanaan SADARI
Keganasan payudara merupakan keganasan terbanyak kedua pada wanita setelah keganasan mulut rahim.  oleh karena itu, memeriksa payudara merupakan hal yang sangat penting. Tumor/Kanker Payudara masih mempunyai kemungkinan besar di sembuhkan kalau di temukan ketika masih pada tahap awal atau dini.  Dengan demikian, penemuan tumor/kanker payudara sejak dini sangatlah penting untuk sebuah kesembuhan.

Tujuan utama deteksi dini kanker payudara adalah untuk menemukan kanker dalam stadium dini sehingga pengobatanya menjadi lebih baik.  Ternyata 75-85% keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri.

Deteksi dini dilakukan dengan melakukan ”Pemeriksaan Payudara Sendiri” atau yang dikenal dengan istilah SADARI.  Ini adalah pemeriksaan yang mudah di lakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainya. Dengan posisi tegak menghadap kaca dan berbaring,  dilakukan pengamatan dan perabaan payudara secara sistematis.  Pemeriksaan SADARI dilakukan secara rutin setelah haid, sekitar 1 minggu setelah haid.  Bila sudah menopouse,  lakukan pada tanggal tertentu setiap bulanya.  Jika ditemukan benjolan di payudara,  segera hubungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
2.3.4.1      Berdirilah di depan cermin,  tanpa busana,  lalu perhatikan payudara dengan teliti,  kedua tangan lurus ke bawah.  Perhatikan apakah ada kelainan atau perubahan bentuk pada ke dua payudara atau puting.  Amati dengan teliti,  perhatikan adanya tanda seperti:  perubahan warna kulit,  tarikan pada kulit,  perubahan pada puting susu,  seperti:  menjadi rata dengan sekitarnya,  tertarik ke dalam,  mengeluarkan cairan.
2.3.4.2      Kedua tangan di angkat ke atas kepala,  perhatikan apakah ada kelainan pada ke dua payudara atau puting seperti yang telah dijelaskan di atas.
2.3.4.3      Kedua tangan diletakan di depan payudara dengan siku mengarah kesamping(seperti gambar),  tekanlah telapak tangan yang satu kuat-kuat pada yang lain.  Cara ini akan menegangkan otot-otot dada dan adanya perubahan seperti cekungan dan benjolan akan terlihat lebih jelas.
2.3.4.4      Tekan daerah sekitar puting,  pelan-pelan saja,  apakah keluar cairanyang tidak biasa (tidak normal).  Lakukan gerakan ini pada kedua payudara.
2.3.4.5      Ambil posisi berbaring,  tangan kanan diletakan di bawah kepala,  dan letakkan bantal kecil dibawah punggung kanan.  Rabalah seluruh payudara kanan dengan 3 ujung jari tengah yang dirapatkan.  Lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap,  di mulai dari tepi dengan arah mengikuti perputaran arah jarum jam.
2.3.4.6  Lakukan hal yang sama seperti nomor 5,  tetapi kali ini tangan kiri yang diletakkan di bawah kepala,  sedangkan tangan kanan meraba payudara kiri.
2.3.4.7  Berikan perhatian khusus pada bagian-bagian yang diberikan tanda warna gelap, sebab disitulah sering ditemukan tumor/kanker payudara (Purwoastuti, E, 2008).

2.4    Penelitian Terkait
Sri Yun Utama (2008), Gambaran Pengetahuan,Sikap dan Perilaku Remaja Putri tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA N 5 Jambi.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang baik yaitu sebanyak 146 responden (72,6%), sebagian besar responden memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 102 responden (50,7%) dan sebagian besar responden memiliki perilaku tidak baik yaitu sebanyak 102 responden (50,7%) (Yun, S, Karya Tulis Ilmiah dalam http://jurnal pdii lipi go.id.admin jurnal 1JAN0915.pdf).

Penti Dora Yanti (2009), Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri DI M.ADarul Hikmah Pekanbaru tahun 2009.  Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden dikategorikan berpengetahuan cukup terhadap pemeriksaan payudara sendiri pada remaja putri yaitu sebanyak 43 orang responden (58,9%) dari 73 responden,ini dikarenakan kurangnya siswa mendapat informasi baik dari media massa maupun elektronik, dan kurang aktifnya siswa mencari informasi tentang periksa payudara sendiri (Yanti, P.D, Karya Tulis Ilmiah dalam http://helvetia.ac.id/library).

2.5     Kerangka Teori
Kerangka teori adalah hubungan antar konsep berdasarkan studi empiris,  kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Dalam penelitian ini yang dijadikan kerangka teori penelitian adalah teori perilaku kesehatan menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007),  kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,  yakni faktor perilaku (behaviourcauses) dan faktor diluar perilaku (non-behaviourcauses).  Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan  atau terbentuk dari 3 faktor:
2.5.1   Faktor-faktor predisposisi (predisposingfaktors), yang terwujud dalam pengetahuan,  sikap,  kepercayaan,  keyakinan dan nilai-nilai,  dan sebagainya.
2.5.2   Faktor-faktor pendukung (enablingfaktors) yang  terwujud dalam lingkungan fisik,  tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.
2.5.3   Faktor-faktor pendorong (reenforcingfaktors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain,  yang merupakan kelompok refrensi dari perilaku masyarakat.

Related Posts:

0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)"

Posting Komentar