Definisi
Tifus Abdominalis
adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan
gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran.
Patofisiologi
·
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian
kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke
peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal,
hati, limpa dan organ-organ lainnya.
·
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan
akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dalam
peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya
kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus, dan kandung
empedu.
·
Pada minggu pertama sakit, terjadi
hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu
kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer.
Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik.
Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu
hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
·
Gejala demam disebabkan oleh endotoksin
sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus
halus.
Komplikasi
·
Usus : perdarahan usus, melena;
perforasi usus; peritonitis
·
Organ lain : meningitis, kolesistitis,
ensefalopati, bronkopneumoni
Etiologi
·
Salmonella thyposa, basil gram negative
yang bergerak dengan rambut getar dan
tidak berspora
·
Masa inkubasi 10-20 hari
Manifestasi
Klinis
·
Nyeri kepala, lemah, lesu
·
Demam yang tidak terlalu tinggi dan
berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh
berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada
pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat, dan pada minggu ketiga
suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.
·
Gangguan pada saluran cerna; halitosis,
bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor (coated
tongue), meteorismus, mual, tidak nafsu makan, hepatomegali, splenomegali yang
disertai nyeri pada perabaan
·
Gangguan kesadaran; penurunan kesadaran
(apatis, somnolen)
·
Bintik-bintik kemerahan pada kulit
(roseola) akibat emboli basil dalam kapiler kulit.
·
Epistaksis
Pemeriksaan
Diagnostik
·
Pemeriksaan darah tepi; leucopenia,
limfositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia
·
Pemeriksaan sumsum tulang; menunjukkan
gambaran hiperaktif sumsum tulang
·
Biakan empedu : terdapat basil
salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada pemeriksaan selama dua kali
berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella thyposa pada urin dan tinja,
maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh.
·
Pemeriksaan widal; didapatkan titer
terhadap antigen O adalah 1/200 atau lebih, sedangkan titer terhadap antigen H
walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis karena
titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita
telah lama sembuh
Penatalaksanaan
Terapeutik
·
Isolasi, desinfeksi pakaian dan
eskskreta
·
Istirahat selama demam hingga dua minggu
·
DIIt tinggi kalori, tinggi protein,
tidak mengandung banyak serat
·
Pemberian antibiotic kloramfenikol
dengan dosis tinggi
Penatalaksanaan
Perawatan
Pengkajian
·
Riwayat keperawatan
·
Kaji adanya gejala dan tanda
meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah kotor,
tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran
Diagnosa
Keperawatan
1.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengn tidak ada nafsu makan, mual dan kembung
2.
Risiko kurangnya volume cairan
berhubungan dengan kurangnya intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh
3.
Perubahan persepsi sensori berhubungang
dengan penurunan kesadaran
4.
Kurangnya perawatan diri berhubungan
dengan istirahat total
5.
Hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi
Perencanaan
1.
Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan
nutrisi terpenuhi
2.
Anak menunjukkan tanda-tanda tepenuhinya
kebutuhan cairan
3.
Anak tidak menunjukkan tanda-tanda
penurunan kesadaran yang lebih lanjut
4.
Anak dapat melakukan aktivitas sesuai
dengan kondisi fisik dan tingkat perkembangan anak
5.
Anak akan menunjukkan tanda-tanda vital
dalam batas normal
Implementasi
1.
Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan
cairan
· Menilai
status nutrisi anak
· Ijinkan
anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk
meperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
· Berikan
makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas
intake nutrisi
· Menganjurkan
pada orangtua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering
· Menimbang
berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dengan skala yang sama
· Mempertahankan
kebersihan mulut anak
· Menjelaskan
pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
· Koloborasi
untuk pemberian makanan melalui perenteral jika pemberian makanan melalui oral
tidak memenuhi kebutuhan gizi anak
2.
Mencegah kurangnya volume cairan
· Mengobservasi
tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap 4 jam
· Monitor
tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan; turgor tidak elastis, ubun-ubun
cekung, produksi urin menurun, membran mukosa kering, bibir pecah-pecah
· Mengobservasi
dan mencatat intake dan output dan mempertahankan intake dan output yang
adekuat
· Memonitor
dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
· Memonitor
pemberian cairan melalui intravena setiap jam
· Mengurangi
kehilangan cairan yang tidak terlihat (insensible water loss/IWL) dengan
memberikan kompres dingin atau dengan tepid sponge
· Memberikan
antibiotic sesuai program
3.
Mempertahankan fungsi persepsi sensori
· Kaji
status neurologis
· Istirahatkan
anak hingga suhu tubuh dan tanda-tanda vital stabil
· Hindari
aktivitas yang berlebihan
· Pantau
tanda-tanda vital
4.
Kebutuhan perawatan diri terpenuhi
· Mengkaji
aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan tugas perkembangan anak
· Menjelaskan
kepada anak dan keluarga aktivitas yang dapat dan tidak dapat dilakukan hingga
demam berangsur-angsur turun
· Membantu
memenuhi kebutuhan dasar anak
· Melibatkan
peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak
5.
Mempertahankan suhu dalam batas normal
· Kaji
pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia
· Observasi
suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan
· Beri
minum yang cukup
· Berikan
kompres air biasa
· Lakukan
tepid sponge (seka)
· Pakaikan
baju yang tipis dan menyerap keringat
· Pemberian
obat antipireksia
· Pemberian
cairan parenteral (IV) yang adekuat
Perencanaan
Pemulangan
·
Berikan informasi tentang kebutuhan
melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
·
Jelaskan terapi yang diberikan; dosis,
efek samping
·
Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan
penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut
·
Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai
waktu yang ditentukan.
0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TYFUS ABDOMINALIS"
Posting Komentar